Daerah  

Balian Dokter Ala Bali

banner 120x600

________________________________________________________________________________

Mengimbangi tulisan terdahulu tentang Leak pada sesi ini dipaparkan sedikit tentang Balian atau yang lebih trend dikenal dengan Dukun. Maraknya mal praktek perdukunan sekarang ini menimbulkan penderitaan baru bagi seorang pasien begitu pula keluarganya, mungkin saja ini akibat kesalahan pasien terhadap oknum dukun tersebut atau bahkan kebobrokan dari oknum seorang dukun.

Contoh sering kita saksikan di TV oknum seorang dukun mencabuli pasiennya bahkan oknum seorang dukun membunuh pasiennya, dan masih banyak kasus yang terjadi yang kita tidak ketahui. kenyataan ini sangat miris sekali.

Sesungguhnya praktek pengobatan sudah ada pada jaman Weda, yang diawali oleh para penekun spiritual murni tanpa mengharapkan balasan. Perkembangan pengobatan jaman sekarang ini tidak bisa pelayanannya tanpa didasari dengan materi demi pengembangan penelitian begitu juga upah kerja kepada para praktisi kesehatan. Sebelum ilmu kedokteran maju seperti sekarang dalam salah satu kelompok Upaweda Kitab Caraka Samhita bagian dari Ayur Weda meliputi :

  1. Surathana adalah merupakan ilmu pengobatan

  2. Nidanasthana adalah merupakan ilmu berbagai penyakit secara umum

  3. Wimanasthana adalah merupakan ilmu pathologi

  4. Sarithana adalah merupakan ilmu anatomi dan embriyologi, di Bali terkenal

    ajaran catur sanak/ kanda pat rare.

  5. Indhyasthana adalah merupakan ilmu diagnosa & prognosa

  6. Cikitasasthana adalah merupakan ilmu khusus terapi

  7. Kalpasthana adalah merupakan ilmu terapi secara umum

  8. Siddhisthana adalah merupakan ilmu terapi secara umum

Ini membuktikan penerima wahyu (para Maha Rsi) telah mengajarkan kepada para sisyanya, jadi setiap penyakit pernah dilakukan penelitian dan obat yang harus diberikan, di Bali terkenal dengan taru premana. Dan masih banyak lagi tuntunan kepada umat manusia untuk mencapai kebahagiaan.

Balian adalah pengobat tradisional Bali yakni, orang yang mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit sehingga seorang pasien bisa kembali sehat atau sembuh dari suatu penyakit yang dideritanya. Balian di Bali kian lama semakin bertumbuh banyaknya, dengan kemajuan jaman internet juga merupakan salah satu media yang paling cepat untuk menemukan keberadaan tempat praktek seorang Balian.

Seorang Balian harus memegang teguh dan mengamalkan ajaran Sang Hyang Budha Kecapi. Syarat seorang Balian dituntut memahami dan mengetahui kode etik ajaran dari Dharma Usadha. Dengan mengetahui kode etik seorang Balian akan mampu menerapkan ajaran yang tertuang di dalamnya dengan penuh keikhlasan atau tanpa pamrih agar jangan disebut sebagai “Balian alihan” (ada saja yang diminta dari pasiennya). Intinya untuk menjadi seorang Balian wajib belajar pengetahuan pengusada/ Balian, jangan menjadi Balian dengan cara instan mengandalkan aji mumpung; mumpung terkenal, baru beberapa hari rajin sembahyang sudah jadi jro kata orang. Maaf jangan tersinggung tentang tulisan ini, ini merupakan realita di masyarakat.

 

  1. Jenis balian berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya :

  • Balian katakson ialah Balian yang mendapat keahlian melalui taksu. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit.

  • Balian kapican ialah orang yang mendapat benda-benda bertuah dipergunakan untuk menyembuhkan orang sakit. Benda bertuah ini disebut paica.

  • Balian usada ialah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui pada balian, belajar dari guru waktra (mapanabean), maupun belajar sendiri melalui lontar usada.

  • Balian campuran ialah Balian katakson maupun Balian pica yang mempelajari usada.

  • Balian Hipno (modern) ialah Balian yang menerapkan ilmu kepada orang sakit dengan cara memberikan sugesti kepada pasiennya yang disebut dengan hipno terapi.

  1. Jenis Balian berdasarkan tujuannya :

  • Balian panengen (mengamalkan kebaikan)

  • Balian Pangiwa (ngugig angindra jala atas permintaan pasiennya atau demi kepentingan pribadinya)

  1. Jenis balian berdasarkan profesi :

  • Lung (patah tulang)

  • Manak (beranak)

  • Apun (lulur)

  • Uwut (urut)

  • Kacekel (pijat)

Secara umum penyakit ada tiga jenis yakni:

penyakit panes (panas), nyem (dingin), dan sebaa (panas-dingin). Demikian pula tentang obatnya. Ada obat yang berkasihat anget (hangat), tis (sejuk), dan dumelada (sedang).

Langkah Pertolongan Terhadap Pasien / cara memeriksa pasien :

  • Memperkirakan penyakit yang diderita (diagnosa),

  • Meramu obat (farmasi),

  • Mengobati (terapi),

  • Memperkirakan jalannya penyakit (prognosis),

  • Upacara yang berkaitan tentang masalah pencegahan (preventif), dan

  • Pengobatan (kuratif).


Baca : Leak, Ilmu Warisan Leluhur Orang Bali Dalam 5 Aksara Suci


Sesungguhnya umat manusia lahir kedunia ini tidak bisa lepas dari kodrat yang telah ditentukan oleh Tuhan dalam Hindu disebut dengan “Catur Bekel Manumadi” yaitu empat bekal dalam kehidupan yaitu : 1. Suka 2. Duka 3. Lara dan 4. Pati. Dalam kelahiran ada waktu dalam waktu ada senang susah dan penderitaan, jalan terakhir menuju kebebasan sang roh dalam diri adalah kematian. Setiap insan menginginkan umur panjang, sehingga segala daya upaya setiap kesusahan dan penderitaan akan selalu diupayakan jalan keluarnya walaupun harus rela mengeluarkan materi demi kebahagian dan kesehatan.

Manusia tidak bisa menolak atau menentang keinginan dari Tuhan Yang Maha Esa yang ditempatkan di alam material ini. Di alam material ini makhluk hidup diawasi oleh tenaga khayal Tuhan yang disebut Maya Sakti. Maya Sakti ini memberikan tiga jenis kesengsaraan begitu makhluk hidup mendapatkan badan jasmani. Tiga jenis kesengsaraan tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Adi Daivika Klesa yaitu kesengsaraan dan penderitaan yang disebabkan oleh para Dewa.

  2. Adi Bhautika Klesa yaitu kesengsaraan dan penderitaan yang disebabkan oleh makhluk lain.

  3. Adi Adhyatmika Klesa yaitu kesengsaraan dan penderitaan yang disebabkan oleh badan dan pikiran sendiri.

Dengan menyadari tiga jenis kesengsaraan ini seorang Balian yang mempuni akan menangani dengan pengobatan begitu pula akan melakukan ritual dengan upakara untuk mendapatkan kesembuhan. Mengutip salah satu karya Ida Bagus Putra Manik Aryana, SS.M.Si dalam tulisannya menjelaskan :

Tingkah anambanin wong agring angadu dharma usadha, kayatna juga kramanya, hawas juga kalaranya mwang bayu pramananya, kalaning bayu mapanes, mwang bayu mahetis, bayu anyem. Ika yatna juga humawas mwang sedeng asung tamba mwang nora, mangkana prabedanya, apan hila-hila ika”.

Artinya :

Etika mengobati orang sakit mempergunakan pengetahuan Dharma Usada, waspadai aturannya, perhatikan penyakitnya serta tanda kehidupannya, saat terasa panas, sejuk, ataukah dingin. Itulah yang diperhatikan dengan seksama sebagai dasar boleh mengobati atau tidak, seperti itulah aturannya, waspadalah sebab berbahaya itu.

Jika seorang Balian memahami Dharmaning Usadha sudah tentu paham seseorang yang bisa diobati begitu pula seseorang yang tidak boleh diobati karena ia sudah dekat dengan kematiannya, agar tidak menghambat proses jalannya sang roh (Atma) untuk menyatu kembali dengan Brahman.

Beberapa jenis sumber pegangan sebagai seorang Balian seperti lontar Kandapat Rare, Kandapat Bhuta, Kandapat Dewa dan Kandapat Sari, Anggastya Prana, Taru Premana, Usada Kuranta Bolong, Usada Rare,  Usada Ceraken Tingkeb, Usada Tiwas Punggung, Usada Sasah Bebai, Usada Edan, Usada Netra, Usada Pangeraksa Jiwa, Usada Dalem, Usada Tumbal, Usada Tiwang, Usada Upas, Usada Tatenger Beling, Usada Wong Agering, Usada Pamupug Guna-guna, Usada Dalem Jawi, Usada Ratuning Usada, Usada Dharmosada, Usada Yeh, Usada Kamatus, Usada Buduh, Usada Aserep, Usada Kacacar, Usada Mala, Usada Gering Agung, Usada Ila, Usada Sasak, Piwelas dan lain-lain.

Selamat membaca, dan semoga bermanfaat

Salam JM. Budiana.