Begini Tanggapan Disnak Provinsi Bali Soal Virus AS

banner 120x600


 

DENPASAR, Balifactualnews.com – Ramainya pemberitaan perihal virus African Swine Fever (ASF) langsung disikapi serius pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak) Provinsi Bali.

Dari hasil penelusuran di lapangan, dapat dipastikan pihak Disnak Provinsi Bali bahwa virus tersebut belum menyentuh sejumlah ternak babi di Bali.

Dikatakan Kepala Disnak Prov.Bali, Wayan Mardiana Bahwa di Indonesia telah terjadi penyebaran virus ASF sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian. Tetapi suyukurnya, Bali yang justru dikenal sebagai pusatnya peternak babi hingga saat ini masih dikatakan aman dari virus yang saat ini viral.

“Saya tegaskan, untuk Bali hingga saat ini masih dinyatakan pada level aman,” cetus Wayan Mardiana, Sabtu (28/12/19).

Virus ini (ASF) kata dia, memiliki masa inkubasi maksimal hingga 20 hari, penyebaran diantaranya melalui kontak langsung antara ternak babi terjangkit dengan ternak babi sehat lewat cairan semen.

Bisa juga, lanjutnya melalui kontak tidak langsung lewat feses dan urine, alat transportasi yang terjangkit, maupun olahan yang berasal dari ternak babi terjangkit.

Proses penularan wabah yang selanjutnya yang perlu diwaspadai antar Negara atau daerah menurut Mardiana adalah distribusi daging mentah maupun olahannya yang diperjual belikan, maupun dibawa para wisatawan.



Menjadi kebiasaan wisatawan beberapa Negara Asia tetap membawa tentengan olahan babi dari negaranya untuk disantap saat berwisata, apabila tidak habis akan dibuang dan terkumpul pada limbah sisa makanan.

Hal yang berbahaya apabila limbah sisa makanan terutama yang berisi olahan babi terjangkit tersebut dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sangat berpeluang terjangkit.

“Ini yang perlu diwaspadai, karena masih banyak peternak kita yang memanfaatkan limbah sisa makanan dari areal pariwisata seperti limbah hotel, pesawat hingga TPA, ini yang harus dihindari,” tegas Mardiana.

Terhadap otoritas jasa transportasi seperti Angkasa Pura untuk pemegang kewenangan transportasi udara dan Pelindo untuk jasa pelabuhan, dirinya juga sudah melaksanakan himbauan untuk melaksanakan pemusnahan terhadap limbah sisa makanan.

“Hal yang paling signifikan yang sudah dilaksanakan yakni melarang peredaran daging babi dan olahannya dari luar Bali,”akunya.

Kata dia, tidak hanya dari daging babi, virus ini juga bisa menyebar dari olahannya seperti sosis, hamburger, saee dan sebagainya berbahan daging babi. Untuk itu sementara kita larang peredarannya yang berasal dari luar Bali.

Lebih Jauh, dirinya juga menegaskan bahwa virus ASF tidak berbahaya untuk manusia. “Virus ini tidak menyebar ke beda ternak dan tidak berbahaya bagi manusia,” yakinnya.

Kerugian yang terbesar yang dialami adalah kerugian ekonomi, karena kalau sudah terjangkit bisa semua terkena. “Bayangkan saja di Bali terdapat sekitar 400.000 ekor ternak, jika diasumsikan satu ekor minimal seharga 2 juta, maka minimal kerugian yang dialami sekitar 800 miliar,” pungkasnya. (ibu/ger)