MURI—Desa Adat Dukuh Penaban mendapat anugrah MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) atas usaha bergotong royong membangun Museum Pustaka Lontar.
KARANGASEM, Balifactualnews.com—Pelan namun pasti. Begitulah gambaran kerama Desa Adat Dukuh Penaban, Kelurahan Karangasem, dalam menjaga pustaka warisan leluhur dengan membangun Museum Pustaka Lontar. Keberhasilan prajuru adat memberdayakan masyarakatnya dalam pembangunan spektakuler itu, rupanya menjadi catatan khusus Museum Rekor Indonesia (MURI).
Sebagai bentuk penghargaannya, serangkaian hari jadinya ke-30, MURI menganugerahkan sebuah penghargaan atas keberhasilan Desa Adat Dukuh Penaban menjaga kebersamaan membangun Museum Pustaka Lontar di tengah hamparan kawasan perbukitan nan teduh itu. Penghargaan tersebut dipersembahkan pihak MURI melalui siaran virtual pada Jumat (28/8).
“Ini merupakan anugerah yang luar, biasa. Tak pernah terbayangkan kalau MURI memasukan perjalanan kami dalam catatan museum rekor,” ucap Bendesa Adat Dukuh Penaban, I Nengah Suarya.
Rekor yang didapatkan Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban, boleh dikatakan sebagai anugerah yang sangat spesial. Selain rekor itu diberikan disaat peringatan hari jadi MURI ke-30, juga menjadi anugerah satu-satunya yang diserahkan MURI untuk desa adat.
“Tentu kami sangat gembira. Reward yang diberikan MURI akan terus menjadi pelecut untuk menjaga tatanan kehidupan yang di desa kami agar tidak keluar dari awig-awig (Hukum Adat),” ucap Suarya.
Dengan MURI, kata Suarya, Museum Pustaka Lontar kini jauh akan bisa terkenal dimata dunia. Kendati demikian Suarya dan krama Desa Adat Dukuh Penaban tak mau bertepuk dada akan prestasi yang ditorehkan itu.
“Sekali lagi, kami dan semua warga Desa Adat Dukuh Penaban sangat bangga atas anugerah ini. Terimakasih MURI atas catatan fantastis ini. Secara pribadi saya bangga dengan semua warga yang sampai detik ini masih terus membangun kebersamaan dan selalu bergotong royong setiap melaksanakan program pembangunan di desa,” katanya.
Selain Desa Adat Dukuh Penaban mendapatkan anugerah MURI, kata Suarya, anugerah MURI juga diberikan kepada Ida I Dewa Gde Catra yang juga sebagai kurator museum, penyulih dan penulis lontar terbanyak di dunia. (tio/bfn)