Diapit Dua Sumber Gempa Potensial, Bali Rawan Tsunami

Usai  membuka Sekolah Lapang Giofisika, Wakil Bupati Karangasem  I Wayan Artha Diba dan Koordinator Mitigasi BMKG Pusat Dr Daryono meluncurkan tas siaga bencana

KARANGASEM,Balifactualnews.com– Bali, khususnya Kabupaten Karangasem memiliki tingkat rawan bencana yang cukup tinggi.  Selain gempa  bumi, rawan bencana juga dimunculkan dari erupsi Gunung Agung.   Menyikapi kondisi itu, pihak BMKG   semakin gencar menggelar Sekolah Lapang Geofisika (SLG). Tujuannya untuk memberikan edukasi terhadap pentingnya pengetahuan mitigasi kebencanaan kepada masyarakat.

Di Bali,   BMKG  memilih Kabupaten Karangasem dan  Kabupaten Badung untuk pelaksanaan SLG tersebut. Dua Kabupaten ini dinilai sangat rawan dengan  bencana gempa bumi, baik dimunculkan dari gempa tektonik, maupun gempa yang diakibatkan erupsi Gunung Agung. Pelaksanaan SLG di Bali,  diawali di Kabupaten Karangasem dan dibuka langsung Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa di Balai Masyarakat Menira, Desa Sengkidu, Kecamatan Manggis, Kamis  3  Juni 2021.

Koordinator Bidang Mitigasi  BMKG Pusat, Dr Daryono, mengatakan,  Bali memang sangat rawan dengan gempa yang bisa memicu tsunami besar.  Itu terjadi karena Bali diapit 2 sumber gempa yang sangat potensial, yakni Flores Trush  yang berada di utara Bali dan Mega Trush berkekuatan 8,5 Magnitodo yang berlokasi di selatan Bali.

“Adanya dua sumber gempa yang sangat besar membuat  Bali  menjadi catatan sebagai salah satu wilayah  rawan gempa  hingga memicu tsunami besar,” ucap Dr Daryono.

Dikatakan, pihak BMKG sampai saat ini masih melakukan penelitian terhadap  Mega Trush  yang berada di  selatan Bali.  Penelitian dilakukan, karena   dalam hitungan ratusan tahun Mega Trush berkuatan 8,5 Magnitodo  tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakkan.

“Dalam hitungan ratusan tahun Mega Trush  selatan Bali tidak pernah memunculkan gempa besar.  Ini juga yang memunculkan pertanyaan besar bagi kami. Apakah selatan Bali itu dikenal sebagai zona gempa aktif, tapi belum merilis energinya. Nah inilah yang  sampai sekarang terus kami teliti,” ucap Daryono.

Sekolah Lapang Geofisika yang dilaksanakan di Dusun Menira, Desa Sengkidu, Manggis,  kata Daryono merupakan bagian dari langkah untuk  antisipasi dini ketika nanti  Mega Trush selatan Bali  benar-benar memuculkan energinya.  “Tapi kita harapkan hal itu tidak terjadi, kendati demikian kita tetap memberikan  pengetahuan mitigasi kebencanaan dalam menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan nanti,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Stasiun MBKG Denpasar, Arief Tyastama, mengatakan, SLG dilaksanakan, sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang gempa bumi dan tsunami.   Selain diikuti  guru didik, pegawai BPBD dan Barsarnas, kegiatan yang berlangsung selama dua hari itu juga diikuti  dari unsur  TNI/Polri dan  masyarakat umum.

“Kegiatan ini diikuti 40 orang peserta, dengan narasumber dari BMKG Pusat, BMKG Denpasar dan dari BPBD Karangasem. Selain  pemberian materi terkait gempa bumi dan tsunami ,  SLG juga juga diisi dengan simulasi  lapangan,” pungkasnya. (tio/bfn)

 

Exit mobile version