Gegara Si Erang, Hektaran Tanaman Padi di Subak Magetelu Gagal Panen

banner 120x600
I Wayan Sukarta, petani Subak Magetelu, Abang, meratapi tanaman padi Si Erang yang tumbuh layu sebelum berkembang

KARANGASEM, Balifactualnews.com—Hektaran tanaman padi milik petani Subak Magetelu, Abang, Karangasem, mengalami gagal panen. Itu dikarenakan bibit padi Si Erang yang mereka  tanam terkena virus,  bahkan kondisi tanaman padi memerah dalam usia baru  satu setengah bulan.

Salah seorang petani  Subak Magetelu, Abang, I Wayan Sukarta, mengatakan,  bibit padi Si Erang ditanam petani di tiga tempek,  yakni tempek Bebed, tempek Babakan dan tempek Ancak. Luas keseluruhan padi Si Erang yang ditanam di tiga tempek itu mencapai  3 hektar lebih.

“Kalau dibilang rugi sudah pasti. Kecuali untuk pakan sapi, padi yang kami tanam sudah tidak bisa menghasilkan apa-apa lagi,”terang Sukarta, Sabtu 26 Juni 2021.

Sukarta,  menuturkan,  para petani di tiga tempek Subak Magetelu mendapatkan bibit  padi Si Erang dari Dinas Pertanian Karangasem.  “Bujuk rayu” dari Dinas Pertanian, membuat para petani tertarik menanam padi jenis itu,  karena dinyatakan memiliki kualitas bagus, dan beras yang dihasilkan jauh lebih legit.

Tapi apa daya, harapan petani mendapatkan  kualitas padi yang bagus dari Si Erang, malah buntung.  Kerugian tidak  hanya pada tanaman padi yang mereka tanam, juga ongkos dari awal penggarapan lahan, penanaman  hingga  pemupukan. Petani  tempek lain, kata Sukarta yang menanam padi jenis lain  tanaman padinya tumbuh subur dan sudah mulai tumbuh berbulir. Kondisi tersebut berbanding berbalik dari Si Erang yang ditanam di tiga tempek Subak Magetelu, itu.

“Tumben menanam padi jenis  Si Erang, hasilnya seperti ini. Awal tumbuhnya bagus, tapi ketika masuk usia satu setengah bulan kondisi  padi malah memerah dan tidak muncul tanda-tanda mau berbuah. Kami berharap Dinas Pertanian bisa memberikan solusi atas kerugian yang kami alami ini,”  harap Sukarta.

Si Erang  yang memicu berang, kata Sukarta,  membuat sebagian petani di tiga tempek itu, memanfaatkan tanaman padi mereka untuk pakan sapinya.  “Dari pada rugi total, ya kita sabit saja untuk pakan sapi,” pungkas Sukarta. (das/tio/bfn)