Sampah yang sembarangan dibuang oleh warga sehingga menumpuk diseputar BTN Kamasan
KLUNGKUNG – Persoalan sampah selalu menjadi momok menakutkan di masyarakat. Seperti dialami warga Desa Pekraman Gelgel dan Desa Wisata Kamasan. Tumpukan sampah rumah tangga di dua desa itu membuat prajuru desa kebingungan membuangnya karena terkendala lahan .
Panatau dilapangan, sampah rumah tangga menumpuk di depan rumah warga, sebelum Hari Raya Nyepi. Kondisi tersebut semakin parah. Pasalnya hingga Rabu (13/3/2019) tumpukan sampah semakin tinggi.
Pemandangan tak sedak itu terlihat di seputar BTN Kamasan, aroma busuk yang menyengat mengganggu lingkungan sekitar. Ironisnya, tak adanya kejelasan mengenai kondisi tersebut, sejumlah warga terpaksa membuang sampah ke sungai terdekat. Bagi warga yang tidak ada sungainya terpaksa membuang sampah di depan jalan atau didepan rumahnya.
Ety Maria Suprapti , salah seorang warga Kamasan, menuliskan keluhannya itu melali media sosial. “Ini depan rumah saya bukan tempat pembuangan sampah, senaknya saja membuangnya. Mohon diatensi dong,” koarnya dalam akun facebooknya.
Menyikapi situasi ini, Perbekel Kamasan, IB Danendra mengaku sangat sedih. “Sebelumnya kita diizinkan membuang sampah ke Kabupaten Gianyar. Sekarang kondisinya sudah berbeda, tempat tersebut sudah ditutup,” jungkpanya.
Sejak TPA di Gianyar ditutup, pihaknya mengaku kesulitan mencari tempat penampungan. Sedangkan Desa Kamasan tidak memiliki lahan sebagai tempat pembungan sampah.
“Sampah masih dikelola desa, tapi sekarang macet karena tidak ada tempat penampungan. Kita tidak punya lahan untuk tempat mengelola. Jadi pengangkutan sampah kita pending dari sebelum Nyepi. Dulu masih bisa buang ke Gianyar, sekarang sudah ditutup. Sedih sekali saya untuk mengatasi situasi ini,” ujar IB Danendra.
Sejauh ini, IB Danendra mengaku sudah melakukan koordinasi dengan pihak Pemkab Klungkung, juga prajuru desa. Namun sampai sekarang belum ada solusi. “Berkoordinasi dengan desa-desa tetangga yang menggulirkan program TOSS juga sudah, tetapi semuanya menolak karena keterbatasan tempat,” katanya.
Kondisi serupa juga dialami warga sedelod Yeh Cau Desa Pekraman Gelgel seperti Desa Gelgel dan Tojan selain Kamasan. Dimana mana juga sampah masih ada yang tercecer belum terangkut maksimal. Salah seorang warga Tojan Wayan Sudarma juga memprotes kondisi penanganan sampah tersbut.
“Semestinya instansi terkait segera mengambil sikap jika desa sendiri kesulitan menangani perihal sampah ini,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung, AA Kirana, mengakui, pihak desa sudah sempat koordinasi mengenai permasalahan tersebut. Hanya saja saat ini Pemkab Klungkung juga mengalami persoalan serupa.
“Sejak operasional TPA Sente di stop, Pemkab juga kesulitan mencari tempat penampungan. Kita berharap pihak desa bisa mengatasi permasalahan sampah mulai dari tingkat rumah tangga,” ucapnya.
Setiap rumah tangga juga diharapkan bisa memilah sampah. Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk, sedangkan sampah anorganik bisa dibawa ke bank-bank sampah terdekat.
“Asal sudah terpilah beberapa tempat siap dibuangi. Kalau pupuk organik selama sudah pilahan murni banyak yang bisa terima. Bahkan ada yang mintak, seperti sampah tebangan pohon,” pungkas AA Kirana. (ana/tio)