KARANGASEM, Balifactualnews.com – Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata dan Wakil Bupati Karangasem, Pandu Prapanca Lagosa ( Gus Par-Guru Pandu ) mendorong agar pariwisata Karangasem yang Berkualitas Berbasis Alam, Budaya dan Spiritualitas, dengan mengedapankan konsep “Nyegara Gunung”.
Hal tersebut disampaikan Bupati dan Wakil Bupati Gus Par-Guru Pandu dalam sebuah forum “Afternoon Tea” yang di inisiasi PHRI Karangasem pada Jumat (9/5/2025), di Hotel Ramayana Candidasa.
Baca Juga : Presiden Prabowo Subianto Pimpin Ratas Percepatan Koperasi Merah Putih untuk Perkuat Ekonomi Desa
Forum yang dihadiri oleh jajaran DPRD Karangasem, Kapolres, Plh Kajari, Dandim 1623 Karangasem, Tim Media, Tim Ahli Bupati, OPD, camat dan lurah se-Kabupaten Karangasem, membahas berbagai tantangan dan arah pariwisata karangasem kedepannya, di tengah tantangan global pariwisata dan kekhawatiran atas degradasi budaya serta lingkungan.
Kabupaten Karangasem hadir membawa arah baru: Konsep Nyegara Gunung. Sebuah strategi besar yang digagas Bupati I Gusti Putu Parwata (Gus Par) dan Wakil Bupati Pandu Prapanca Lagosa sebagai wujud nyata penyelamatan pariwisata Bali dari akar lokal yang luhur.
Bupati Gus Par dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pembangunan infrastruktur menjadi titik awal mewujudkan konsep Nyegara Gunung “Akses jalan dan penerangan menjadi perhatian utama kami. Sidemen, Amed, Selat, Rendang akan jadi prioritas, dan tender penerangan jalan dimulai Juli,” jelasnya.
Dalam sebuah kesempatan Bupati Gus Par mengaku menggunakan dana pribadi untuk menyelamatkan kondisi darurat jalan. Seperti diketahui, sejumlah jalan Nasional yang mengalami kerusakan belum bisa dikerjakan perbaikan akibat proses tender yang belum berlangsung.
“Apa yang saya kerjakan bukan sebagai pencitraan, tapi bentuk cinta pada tanah Karangasem. Nyegara Gunung hanya akan kuat kalau akarnya, yaitu infrastruktur dan kenyamanan wisatawan, benar-benar diperhatikan,” imbuhnya.
Bupati Gus Par berharap, Afternoon Tea ini bukan sekadar ajang silaturahmi, tapi momentum kelahiran gerakan penyelamatan pariwisata Bali dari ujung timur. Nyegara Gunung bukan hanya milik Karangasem, tapi kontribusi penting untuk masa depan Bali—yang lestari, berbudaya, dan membumi. Menuju Pariwisata Bali Timur yang Otentik dan Lestari.
Sementara itu, Wakil Bupati Guru Pandu dalam paparannya menegaskan, pariwisata Karangasem tidak dibangun untuk hiburan instan atau industri gemerlap. “Karangasem bukan tempat untuk diskotik. Di sini tempatnya ketenangan, refleksi, meditasi, spiritualitas. Kita bukan menjual budaya, tapi menjaga budaya agar tetap hidup. Karena bukan budaya yang hidup dari pariwisata, tetapi pariwisata yang hidup dari budaya,” tegasnya seraya menambahkan, forum ini memperkuat kesepahaman bahwa objek wisata tidak boleh hanya jadi tempat berkunjung, tapi juga pusat pertumbuhan ekonomi lokal.
“Setiap destinasi harus hidup dan menghidupkan wilayahnya. Jangan ada tumpukan sampah, bangunan liar tanpa regulasi. Semua harus dipikirkan bersama,” lanjut Wabup Pandu.
Guru Pandu menekankan, pelaku usaha didorong aktif membayar pajak, mematuhi regulasi, dan ikut serta mempromosikan Karangasem melalui media digital maupun menghadirkan influencer. “Dengan begitu kita bisa lari maraton bersama menuju Karangasem yang AGUNG: Aman, Gigih, Unggul, Nyaman dan Gemah Ripah Loh Jinawi,” ucapnya.
Konsep Nyegara Gunung yang juga dapat diterjemahkan ke dalam program nyata, menurut Kepala Dinas Pariwisata Karangasem, Putu Eddy Surya Artha, mengatakan, sebagainmana yang telah dikerjakan yakni revitalisasi objek wisata Putung melalui event Karangasem Travel Mart yang atas usul Wabup Pandu dikonsep menjadi “Sandikalaning Putung”.
Baca Juga : Pemerintah Kabupaten Bangli Mengucapkan Dirgahayu Hari Jadi Kota Bangli ke 821
Konsep “Sandikalaning Putung”. yang rencananya dilaksanakan setiap bulan Purnama lalu menjadi event Bulanan yang mampu menarik lebih banyak wisatawan, serta melalui Festival budaya Tulamben hingga gagasan Festival Amlapura. Semua itu dirancang untuk mempertemukan wisatawan dengan alam, seni, dan kehidupan masyarakat lokal yang otentik.
Eddy Surya Artha juga menjelaskan penguatan promosi juga dilakukan melalui aplikasi “Visiting Karangasem” dan situs One Click Tourism Data. Sementara Tim Ahli Bupati Ir. I Wayan Tama menyebut bahwa konsep besar ini hanya akan berhasil jika semua elemen bergerak bersama. “Pemimpin tidak bisa bekerja sendiri. Kita butuh pelaku industri, masyarakat, akademisi, dan komunitas,” terang Eddy Surya. (ger/bfn)