KARANGASEM, Balifactualnews.com – Kalangan ibu rumah tangga, mahasiswa hingga buruh serabutan terlibat menjadi tenaga pelipatan surat suara yang mulai dilaksanakan oleh KPU Karangasen hari ini, Rabu (3/1/2024) bertempat di Gor Gunung Agung, Amlapura.
Berdasarkan pantauan dilokasi pelipatanbsyrat suara terlihat para pekerja yang di hari pertama ini didominasi oleh kalangan ibu rumah tangga yang berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Karangasem.
Seperti Ni Wayan Sukri misalnya, salah satu tenaga pelipatan surat suara ini mengaku berasal dari wilayah Kecamatan Selat, Karangasem. Wanita yang berprofesi sebagai penganyam ate ini mengaku baru pertama kali ikut bekerja melipat surat suara, namu demikian ia sudah terlihat cukup cekatan dalam melipat.
“Saya ibu rumah tangga, keseharian saya ngulat ate (Nganyam Ate), ini diajak oleh temen untuk lipat surat, baru pertama kali ikut, ” ujarnya.
Baca Juga : TTP Tak Cair, Guru di Karangasem Melenguh
Berbeda dengan Ni Made Sarini, ibu runah tangga asal Susuan, Karangasem ini mengaku sudah beberapa kali ikut bekerja melipat surat suara sejak pemilu sebelum – sebelumnya. Dengan pengalamannya itu, dalam sehari Sarini mengaku mampu melipat hingga seripu lembar kertas suara.
“Sebelumnya sudah pernah ikut, ya sehari bisa dapet melipat seribu lembaran lah, ” kata Sarini.
Sementara itu, Ketua KPU Karangasem, I Putu Dharma Budiasa ditemui wartawan mengatakan, pada hari pertama pelipatan kertas suara difokuskan untuk melipat surat suara Pilpres dengan jumlah tenaga sekitar 199 orang.
“Jumlah tenaga sekitar 199 orang dari berbagai wilayah di Karangasem, kemungkinan hari ini bisa selesai untuk pelipatan surat suara Pilpresnya,” kata Budiasa.
Baca Juga : Kemeriahan Pesta Kembang Api Tutup Festival Bubug Menyapa
Rencananya, proses pelipatan akan berlagsung hingga 10 hari kedepan, selain Pilpres, pelipatan surat suara lainnya seperti DPRD Kabupaten, Provinsi, RI dan DPD juga akan dilaksanakan pada hari – hari berikutnya.
Untuk diketahui, para pekerja pelipat surat suara ini diberikan upah dengan sistem borongan dihitung per satu lipatan surat suara. Khusus untuk Pilpres, para pekerja dibayar Rp. 90 rupiah untuk satu pelipatan. Sedangkan untuk surat suara DPRD upahnya sedikit lebih mahal yaitu Rp. 180 rupiah per surat suara yang berhasil dilipat.
“Kita juga berencana menambah tenaga melipat suara, target kita jumlah pekerjanya hingga 300 orang sehingga proses pelipatan bisa cepat diselesaikan, ” imbuhnya. (tio/bfn)