Daerah  

Leak, Ilmu Warisan Leluhur Orang Bali Dalam 5 Aksara Suci

banner 120x600


Oleh : Jro Mangku Budiana


Leak menurut kebanyakan orang Bali ialah sesosok makhluk yang menyeramkan yang menjadi momok menakutkan karena sebagai salah satu penyebab kehancuran rumah tangga dengan kekuatan gaibnya mampu membinasakan seseorang yang diinginkannya. Benarkah demikian?

Leak merupakan suatu ilmu kuno yang diwariskan oleh leluhur Hindu di Bali yang keberadaanya sudah semakin punah seiring berkembangnya jaman modern, zaman canggih yang kita kenal dengan zaman internet. Ilmu pengleakan sama dengan ilmu yang lainnya yang terdapat dalam lontar-lontar kuno Bali tidak sembarangan orang mempelajari.

Ada petuah keramat orang tua dulu yang wajib diperhatikan : “Aja wera, tan mandi phalania, jahtasemat tan waras phalania” kalimat dalam bahasa jawa kono itu berarti “jangan sekali tidak menghiraukan yang dimaksudkan, sehingga akan berpahala tidak baik (tidak manjur), bahkan mendapat kutuk yang berakibat sakit/sakit pikiran (gila)”.

Kalimat tersebut sering ditemukan pada lontar-lontar keramat dengan tujuan agar yang mempelajari isi dari lontar tersebut tekun dan mampu merahasiakan isi dan penerapannya.

Ilmu leak merupakan ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan dari musuh, Orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para petinggi-petinggi raja disertai dengan bawahannya. Tujuannya untuk sebagai ilmu pertahanan dari musuh terutama serangan dari luar. Orang-orang yang mempelajari ilmu pangleakan memilih tempat yang sangat rahasia, karena ilmu ini memang rahasia. Jadi tidak sembarangan orang yang mempelajari. Penggunaan ajian-ajian dalam ilmu pengleakan pernah diterapkan oleh para pemimpin dalam perjuangan kemerdekaan seperti ajian panglimunan, candra baerawa dan lain-lainnya.

Zaman telah berubah otomatis ilmu ini juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya. Namun esensinya sama dalam penerapan, yang jelas ilmu leak tidak untuk menyakiti. Dari beberapa sumber bacaan dijabarkan ilmu leak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak. Yang ada adalah “liya, ak” yang berarti lima aksara. Dengan tuntunan seseorang yang mampu atau mempuni dibidangnya mengajarkan seseorang untuk mengolah bathin melalui konsentrasi yang prima sehingga seorang siswa/sisya mampu memasukan, mengolah dan mengeluarkan kekuatan aksara suci tersebut dalam tubuh melalui tata cara tertentu.

Lima aksara suci tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma. – Si adalah mencerminkan Ida Sang Hyang Widhi, – Wa adalah anugrahNya, – Ya adalah kekuatan jiwa, – Na adalah Iman, kekuatan yang menutupi kecerdasan, – Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa manusia.

Lima Aksara suci tersebut memiliki kekuatan berupa cahaya yang disebut Panca Gni (Lima Api). Seseorang yang mempelajari ilmu kerohanian apa saja, apabila sudah mencapai puncaknya pasti akan mengeluarkan cahaya (aura). Cahaya-cahaya ini keluar melalui lima pintu indria tubuh yakni telinga, mata, mulut, ubun¬-ubun, serta kemaluan. Pada umumnya cahaya itu keluar lewat mata dan mulut.

Proses pematangan ilmu leak seseorang mana kala ia mulai melaksanakan ngerogoh sukma yaitu ritual melalaui bathinya ia mampu mengeluarkan rokh dari badannya, badan astral ini tidak terikat dengan adanya ruang dan waktu, dalam ajaran Hindu Bali sering disebut dengan ngalekas. Ia akan mampu mengelabui bahkan membuat takut musuh-musuhnya. Sesuai dengan tattwanya prosesi dan ajaran leak ini merupakan anugrah Bhatara Siwa, Bhatara Durgha dalam manifestasiNya sebagai pelebur (untuk menghancurkan musuh).

Dari beberapa sumber wawancara yang pernah dilakukan seseorang yang mendalami ilmu leak ini wajib imannya kuat agar kemampuan yang dimiliki tidak salah arah. Dari hasil wawancara beberapa penekun ilmu leak menjelaskan pada saat ketajaman indiria dalam diri mulai peka, contoh penciuman mulai sangat tajam sejauh setengah kilo meterpun rasanya tercium, dari kepekaan ini sangat menggoda sekali, jika di sini seseorang penekun mulai kehilangan arah atau mentalnya mulai rusak dia akan menggunakan kemampuannya untuk menggoda bahkan mencobakan kemampuannya.

Di sinilah awal mulai muncul keinginan untuk melaksakan aji ugig, pangindrajala untuk balas dendam. Di sini pulalah muncul tanggapan keliru masyarakat tentang leak. Sejatinya Leak adalah ilmu kesunuaitan untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi demham cara meditasi yang kuat. Maaf jangan salah penafsiran orang yang melakukan kegiatan menyakiti orang adalah ilmu wegig atau pangindrajala.

Beberapa sumber tulisan yang diambil dari download di internet menuliskan Apabila ada mayat baru, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar rohnya mendapat tempat yang baik sesuai karmanya. Begini bunyi doa leak memberikan berkat : “ong, gni brahma anglebur panca maha butha, anglukat sarining merta. mulihankene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahatama. ong rang sah, prete namah. Sambil membawa kelapa gading untuk dipercikan sebagai tirta. Nah, di sinilah ada perbedaan pandangan bagi orang awam. Dikatakan bahwa leak ke kuburan memakan mayat, atau meningkatkan ilmu. Kenapa harus di kuburan? Paham leak adalah apa pun status dirimu menjadi manusia, orang sakti, sarjana, kaya, miskin, akan berakhir di kuburan.

Tradisi sebagian orang di India tidak ada tempat tersuci selain di kuburan. Kenapa demikian? Di tempat inilah para roh berkumpul dalam pergolakan spirit. Di Bali kuburan dikatakan keramat, karena sering muncul hal-hal yang menyeramkan. Ini disebabkan karena kita tidak pernah membaca lontar tatwaning ulun setra. Sehingga kita tidak tahu sebenarnya kuburan adalah tempat yang paling baik untuk bermeditasi dan memberikan berkat doa. Sang Buda Kecapi, Mpu Kuturan, Gajah Mada, Diah Nateng Dirah, Mpu Bradah, semua mendapat pencerahan di kuburan. Di Jawa tradisi ini disebut tirakat. Leak juga mempunyai keterbatasan tergantung dari tingkatan rohani yang dipelajari.

Dari salinan lontar koleksi pribadi yang berangka tahun 1911 ternyata untuk mempelajari ilmu leak ini sangat sulit, karena harus didasari dengan ketulus ikhlasan, kesucian pikiran, meluangkan waktu yang lama dalam proses dan ritualnya tersebut. Mari nutrisi pikiran kita dengan hal baik dan positif atau dalam istilah Hindu kita mampu menggunakan wiweka karena phawala yang baik berawal dari pikiran ke perbuatan yang baik. Dalam ajaran Hindu proses alam ini beserta isinya terdiri dari tiga unsur Utpeti (Penciptaan), Stiti (Pemelihara) dan Pralina (Peleburan), setiap kelahiran seseorang sudah terikat dengan hukum kelahirannya yang disebut dengan catur bekel manumadi yaitu : suka, duka, lara, pati. Jadi sakit seseorang bahkan kematian sudah pasti.

Kitab Isa Upanisad juga mengupas hal ini dalam mantra ke delapan belas. “Agne naya supatharaye asman Wiswani dena wayunani widwan, Yuyudhy asmay juhuranam, Enobhusyistham te nama uktim widhena” (Om Hyang Widhi, kuat laksana api, maha kuasa, tuntunlah kami semua, segala yang hidup, ke jalan yang baik, segala tingkah laku menuju kepadaMu yang bijak, jauhkanlah dari jalan yang tercela yang jauh dari padaMu, baik penghormatan maupun kata-kata yang hamba lakukan).

Isi Isa Upanisad tersebut menyuratkan tentang cahaya, begitu pula manusia akan penuh cahaya (aura) manakala manusia tersebut mampu membangkitkan dan mengolah api dalam dirinya untuk mencapai kesempurnaan dalam hidup.

Dari tulisan di atas mari kita ambil hikmahnya bersama sehingga hidup kita mulai terarah, jangan asal tuduh sehingga justru kesalahan yang kita buat akan menjerumuskan diri kita ke lembah neraka.

Dalam Kitab Sarasamucaya I. 4. Juga disebutkan “Iyam hi yonih prathma yonih prapya jagadipe Atmanam sakyate tratum karmabhih sublalaksanaih Apan ikang dadi wwang uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya Tinulung awaknyasangkeng sangsara, makasadanang subhakarma, Hinganina kotamamaningdadi wwang ika.

(Sebab menjadi manusia sungguh utama juga, karena itu, ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan karma yang baik, demikianlah keistimewaan menjadi manusia) . Semoga bermanfaat. *