Lembu Ungu, Nagabanda dan Bade Raksasa Menyapu Jagat Ubud

Palebon Agung Tjokorda Bagus Santaka dari Puri Ubud

lembu-ungu-nagabanda-dan-bade-raksasa-menyapu-jagat-ubud
Pergerakan Lembu Ungu, Nagabanda dan Bade yang berukuran raksasa seakan menyapu dan menghempaskan warga yang menyemut di sepanjang jalan Raya Ubud menuju Setra Dalem Puri, Desa adat Peliatan, Minggu (14/4) siang.
banner 120x600

GIANYAR, Balifactualnews.com – Puluhan ribu orang menyemut untuk menyaksikan secara langsung atraksi budaya spektakuler tahun ini di Puri Agung Ubud. Pergerakan Lembu Ungu, Nagabanda dan Bade yang berukuran raksasa seakan menyapu dan menghempaskan warga yang menyemut di sepanjang jalan Raya Ubud menuju Setra Dalem Puri, Desa adat Peliatan, Minggu (14/4) siang.

Baca Juga : Ribuan Tokoh Masyarakat Kubu Gaspol Dukung Suyasa Maju Pilkada Karangasem

Suasana kidmat menyelimuti Puri Agung Ubud, serangkaian prosesi Palebon Agung yang disaksikan oleh para pejabat, tokoh serta palingsir puri se-Bali. Memasuki pukul 12.00 Wita, suasana langsung berubah riuh. Ditandai dengan pemindahan jenasah mendiang Tjokorda Bagus Santaka dari Puri Saren Kauh, Puri Agung Ubud ke Menara Bade. Puluhan ribuan orang yang berdesak-desakan sejak pagi hari, langsung bergegas menghindari gerakan lembu, naga banda dan menara bade raksasa yang menyapu jagat. Laju menara bade berketinggian 27 meter itupun melabrak jalanan. Hingga satu jam perjalanan, sejumlah rintangan teratasi. Benda raksasa langka itupun akhirnya tiba di kuburan desa Adat Peliatan. Lanjut itu, jenasah kemudian dipindahkan ke perut lembu ungu bertanduk emas untuk persiapan pembakaran.

Baca Juga : H+3 Arus Balik di Pelabuhan Padangbai Mulai Meningkat

Sedemikian singkatnya, peranan menara bade dan lembu bertanduk emas tersebut. Hanya berumur sehari, sarana kremasi bernilai Milyaran Rupiah ini, akhirnya dibakar mengiringi jenasah pelingsir Puri. Sekaligus menandakan kepergian arwah mendiang, dengan melepaskan segala kekayaan dan sifat-safat duniawinya.

Pada kesempatan itu, adik mendiang, Tjokorda Ngurah Suyadnya, menyampaikan terimaksihnya kepada para undangan yang ikut menyaksinya pelaksanaan plebon hari itu. “Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh kulawarga Puri Agung Ubud, khususnya 4 ribu krama penyandang Lembu, Naga Banda, Bade, termasuk penari, pengiring gamelan dan lain-lainnya,” kata totoh puri yang fasih disapa Cok Wah ini.

Baca Juga : Di Konferensi Dekade Kelautan 2024, FPRB Tanjung Benoa Beber Implementasi 12 Indikator Tsunami Ready

Sementara Bendesa Agung Ubud, Tjokorda Raka Kerthyasa menyapaikan terimaksaihya kepada masyarakat Ubud, khususnya dalam menunjukan baktinya hari itu. Harapnya, warisan budaya ini sama-sama dijaga dengan meningkatkan inovasinya. “Ini menandakan bahwa tradasi leluhur kami di Ubud dan budaya yang ada, berjalan langgeng,” terangnya. (gsp/bfn)