Daerah  

Mengenal Kisah Sanghyang Oncer Srawa Sebagai Tunggangan Bhatara Gunung Agung

Photo by : Nyoman Butur Suantara

Bali Factual News mencoba mengulas sebuah cerita yang berhubungan tentang Siwa Loka dimana para Ghandarwa mencoba menyenangkan Dewa Siwa dengan tarian mereka yang merubah sendiri wujud mereka menjadi binatang seperti Kuda Sembrani dan binatang lainnya.

Dari sini sejarah akan tarian Sanghyang semakin erat kaitannya dengan seekor Kuda Putih bernama Oncer Srawa yang pernah menjadi tunggangan Ida Bhatara Gunung Agung. Sayangnya nasib malang menimpa Oncer Srawa karena dijemput ajal.

Konon Bhatara Gunung Agung begitu sayang bersama sang Kuda Oncer Srawa, maka dibuatkan kuda kudaan dan beliau merestui agar dibuatkan Tarian Sanghyang Jaran untuk mengabadikan sang Kuda Putih Oncer Srawa.

Menurut Supardja ( 1982 : 135 ),  saat ini terdapat kurang lebih 25 macam tarian Sanghyang, diantaranya Sanghyang Dedari, Sanghyang Jaran, Sanghyang Deling, Sanghyang Dangklung, Sanghyang Bojog, Sanghyang Penyalin, Sanghyang Sahab, Sanghyang Celeng, Sanghyang Sampat, Sanghyang Janger, Sanghyang Memedi, Sanghyang Lesung, Sanghyang Kakuwuk, Sanghyang Ulup, Sanghyang Teter, Sanghyang Dongkang, Sanghyang Sundih, Sanghyang Bumbung, Sanghyang Dangkluk, Sanghyang Kaselaprabhu dan Sanghyang Capah.

Dari sekian banyak nama Sanghyang itu, kini masih banyak ada sekaha yang ajeg melestarikannya. Salah satunya, Sekaha Sanghyang Shanti Krama, Desa Bugbug, Karangasem, Bali.

Sekaha yang diasuh Jro Mangku Budiana itu sering kali mementaskan tarian Sanghyang baik saat piodalan di Pura atau pun saat hari hari baik tertentu. Bahkan sekaha ini sempat pentas di hotel hotel berbintang atas permintaan para turis mancanegara.

Menurut Jro Mangku Budiana, Sanghyang yang dilestarikannya itu dapat digunakan sebagai alat mengusir roh roh jahat, dimana abu setelah pementasan tarian Sanghyang bisa digunakan untuk menjaga pekarangan rumah agar terhindar dari ancaman mahluk halus.

“Sekaha ini kami bentuk untuk memupuk rasa saling asah, asih, asuh sagilik salunglung sabayantaka, paras paros sarpanaya yang di dalamnya terkandung kemanusiaan dan nilai nilai budaya yang tinggi”, tuturnya

Dia menuturkan, dalam Lontar Anda Kakacar yang terdapat di Desa Pakraman Bugbug (lembar 1b), disebutkan tarian Sanghyang berfungsi sebagai pengeruwat mala, penolak baya (wabah) atau Gerubug agar masyarakat terbebas dari segala bahaya ataupun wabah penyakit. (GR)