Daerah  

Mengikuti Jejak Sukses I Dewa Gede Meranggi Darmawijaya (2)

banner 120x600

________________________________________________________________________________

*Kariernya Makin Moncer Setelah Mempersunting Gadis Bernama Ayu Suryaningsih


De Meranggi, demikian pria klimis ini disapa, sempat gundah menyusul cita-citanya menjadi seorang PNS tidak tercapai. Namun kegundahannya itu tidak berlangsung lama, menyusul sebuah perusahaan Bank Modern mempercayakannya sebagai tim auditor.

Memiliki etos kerja yang bagus dan kinerja yang baik, membuat Bank Modern menugaskan ke Surabaya. Terakhir (tahun 1998), pria asal Dusun Selatnyuhan, Desa Pengiangan, Kecamatan Susut, Bangli, itu dipercaya menjadi kepala unit satuan kerja audit Intern.

“Ini jabatan yang sangat membanggakan di tengah situasi bank saat itu sangat tidak menentu,” terang De Meranggi kepada tim balifactualnews.com, belum lama ini.

Bekerja di Bank Modern pada usia 30 tahun, De Meranggi mempersunting gadis idamannya sewaktu remaja bernama Desak Putu Ayu Suryaningsih SE. Perkawinannya dengan gadis pujaan membuat karier De Meranggi di dunia perbankan semakin moncer, seiring dengan kelahiran empat orang putranya.

“Istri saya selalu menjadi pendamping yang terbaik, dikala susah dia yang membakitkan semangat saya,” ucapnya.


BACA : Mengikuti Jejak Sukses I Dewa Gede Meranggi Darmawijaya (3)


Perkawinannya dengan Ayu Suryaningsih, De Meranggi di karunia empat orang anak. Anak pertamanya bernama, IDAM Surya Dharmayani, beberapa tahun berselang lahir anak kedua IDAM Surya Chintya Dharma, begitu seterusnya hingga terlahir anak ketiga bernama IDAM Surya Gayatri Dharma dan IDAM Prabu Dalem Suryadharma, sebagai anak paling bungsu.

Krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998, banyak perusahan bank ditutup pemerintah. Salah satunya Bank Modern sebagai perusahan bank tempat De Meranggi bekerja. Memiliki skil dan track record kerja yang bagus, De Meranggi tidak pasrah dengan kondisi ekonomi saat itu.

Keberhasilannya menjalankan tugas tim audit di Bank Modern, menghantarkan dia kembali dilibatkan dalam penyehatan bank-bank yang ditutup pemerintah oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk kantor wilayah Bali.

“Tahun pertama di BPPN saya sempat nyambi menjadi Dosen Akuntansi di Politeknik Nasional Denpasar, tapi karena tuntutan beban tugas yang banyak, saya akhirnya memilih focus pada tugas-tugas Penyehatan Perbankan,” ungkapnya.

BPPN, kata De Meranggi, merupakan badan ad hoc pemerintah untuk jangka waktu lima tahun yang didirikan dengan Kepres No. 27 tahun 1998. Disela-sela waktu De Meranggi sempat menjadi sekretaris BPPN Club Center-Bali dengan aktif menulis di Jendela SDM BPPN, dan mereportase kegiatan-kegiatan penting untuk bulletin Teropong BPPN. Kesukaannya menukilkan karya tulisnya juga sering dimainkan dalam blog pribadinya dan berlangsung sampai saat ini. (tio)