Daerah  

Pura Taman Ayun, Jejak Sejarah Dunia Berdirinya Raja Mengwi Badung

banner 120x600
Pura Taman Ayun (foto BFN/Putu Wijanatha)

________________________________________________________________________________

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), salah satu lembaga dunia PBB, mengukuhkan Pura Taman Ayun, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, sebagai warisan budaya dunia sejak 2012 lalu. Sejak dikukuhkan sebagai cagar budaya dunia, keberadaan Pura Paibon dari Puri Ageng Mengwi, ini menjadi terkenal di dunia sebagai salah satu destinasi wisata di kabupaten terkaya di Bali ini.
Menjangkau Pura yang ada di tengah tengah pusat Kerajaan Mengwi ini tidak begitu sulit. Terletak sekitar 18 kilometer arah Utara dari Kota Denpasar.

Pengelingsir Puri Ageng Mengwi, A.A Gde Agung, di temui tim traveling balifactualnews.com, akhir pekan kemarin, mengurai kisah panjang keberadaan Pura Taman Ayun, hingga tersohor seperti sekarang.

“Pura ini memiliki hubungan erat dengan berdirinya kerajaan Mengwi yang memerintah pada tahun 1627 Masehi (1549 Saka),” ungkap mantan Bupati Badung dua periode itu.

Disebutkan, Pura Taman Ayun selesai dibangun dan diplaspas tahun 1634 Masehi (1556), pada masa pemerintahan Raja Mengwi pertama, I Gusti Agung Ngurah Made Agung yang kemudian bergelar Ida Cokorda Sakti Belambangan.

“Pura Taman Ayun merupakan Pura Paibon atau Pedarman dari keluarga Raja Mengwi untuk memuja roh para Leluhur dari raja- raja yang diwujudkan dengan dibangunnya sebuah gedong paibon (terletak di sisi utara pura Taman Ayun).

Agung Gede Agung mengatakan, nama lain Kerajaan Mengwi adalah Mangupura, Mangarajia dan Kawiyapura. Selain itu itu Kerajaan Mengwi memiliki sejarah yang sangat panjang dengan berbagai pengalaman sebagai sebuah kerajaan besar pada masanya dulu. Mengenai arsitektur dari bangunan Pura Suci Taman Ayun Mengwi dirancang dan dibuat oleh rekan dari Raja Mengwi, seorang keturunan Cina dari Banyuwangi yang bernama “Ing Khang Ghoew”.

“Sesuai namanya tempat suci yang keberadaannya dikelilingi oleh kolam taman air yang indah,” terang pria berkumis yang juga seorang notaris itu.

Sedangkan fungsi dari Pura Suci Taman Ayun ini digunakan oleh masyarakat Hindu Bali, khususnya yang ada di sekitar wilayah Mengwi untuk menghormati dan mengungkapkan rasa syukur serta terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sanghyang Widhi Wasa) atas semua berkah yang telah diberikan dengan melakukan upacara keagamaan yang diadakan rutin setiap 6 bulan sekali (setiap 210 hari) sesuai pada kalender Bali.

Disamping itu fungsi lain dari Pura Taman Ayun Mengwi juga merupakan sebuah taman sebagai tempat untuk beristirahat dan berekreasi bagi para keluarga Raja Mengwi, dan Pura Taman Ayun mempunyai luas 4 hektar (40.000 M2) dengan lokasi ketinggian dari Pura Taman Ayun berada pada sekitar 180 meter – 240 meter dari atas permukaan air laut.

“Pura Paibon Raja Mengwi ini telah mengalami beberapa kali perbaikan yang diakibatkan bencana gempa bumi yang melanda pulau Bali. Renovasi pertama dilakukan pada hari sabtu 20 Januari tahun 1917 Masehi, kemudian tahun 1937 Masehi telah dilaksanakan perbaikan secara global, berikutnya tahun 1949 Masehi, menyusul perbaikan pada tahun 1972 Masehi dan yang terakhir pada tahun 1976 Masehi sehingga tampak seperti yang kita lihat sekarang,” jelas pria kharismatik itu.

Pura Taman Ayun (foto BFN/Putu Wijanatha)

Sebagaimana halnya pura – pura di Bali, Pura Taman Ayun dibagi dalam konsep Tri Mandala. Utama Mandala (area utama) yang menjadi pusat dari seluruh aktivitas ritual, Madya Mandala, (area tengah) dan Nista Mandala (area terluar). Untuk masuk ke utama Mandala dari Jaba tengah, maka dibangunlah sebuah tangga penghubung yang disebut dengan kori agung (Paduraksa), sedangkan pada Madya dan nista Mandala dibangunlah candi bentar (apit surang) yang berfungsi sebagai gapura atau pintu masuk.

Untuk bagian Utama Mandala sendiri, dipaparkan selain terdapat gedong paibon, di bagian utama Mandala ini juga terdapat juga dilengkapi dengan pelinggih – pelinggih yang difungsikan sebagai pelinggih pesimpangan atau pengayangatan dari beberapa pura Kahyangan Jagat yang ada di Bali.
Di Pura Taman Ayun ini juga dibangun pelinggih tempat menyembah Pasek Badak. Palinggih ini untuk menyembah rohnya Pasek Badak yang disungsung oleh segenap “Bala Putra” teruna Bata-batu (prajurit kerajaan).

Pura Taman Ayun sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya kerajaan Mengwi, dimana pada tahun 1890 Masehi (1812 Saka) timbullah perang dengan Raja Badung. Saat itu Kerajaan Mengwi mengalami kekalahan dan Raja Mengwi yang kesepuluh yakni I Gusti Agung Made Agung gugur dalam pertempuran itu dan segenap keluarga raja yang masih hidup menyelamatkan diri ke wilayah sebelah timur.

Selama ada dalam pengasingan, Pura Taman Ayun ini diakui Gde Agung tidak terpelihara seperti sebelum perang. Sehingga timbullah kerusakan-kerusakan pada bangunan pelinggih yang ada.

Sampai saat ini keberadaan dari Pura Hindu Kerajaan Mengwi Taman Ayun sangat terkenal, juga sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal, domestik, maupun wisatawan mancanegara ketika mereka menikmati paket liburan wisata terbaik di pulau Dewata Bali.

Harga tiket (karcis) masuk sangat terjangkau. Per orang wisatawan dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 30.000 per orang dan harus di bayar di loket pintu masuk sebelum menuju obyek Wisata Pura. (tim bfn)