RS Bali Med Ricuh, Permintaan Bawa Pulang Jenazah Orang Tua di Tolak, Keluarga Protes

banner 120x600

Keluarga pasien meninggal karena probable protes kepada manajemen RS Bali Med , karena tidak diijinkan membawa pulang jenazah orang tuanya. Kericuhan yang terjadi berhasil dilerai pihak kepolisian Polres Karangasem

KARANGASEM, Balifactualnews.com— Kericuhan sempat terjadi di Rumah Sakit Bali Med, Karangasem,  Rabu 16 Juni 2021. Pemicunya, permintaan keluarga untuk membawa pulang pasien meninggal karena probable, ditolak manajemen hingga berujung protes.  Pihak keluarga menuding  RS Bali Med sengaja meng-covid-kan, pasien usia tua yang sudah meninggal dunia.

Tidak ingin terjadi sesuatu terkait adanya upaya memulangkan paksa jenazah pasien  meninggal karena probable, Polres Karangasem langsung mengirim beberapa personilnya ke RS Bali Med  untuk melakukan langkah-langkah pengamanan.

Kericuhan berawal dari  keinginan pihak keluarga untuk memulangkan paksa  jenazah orang tua mereka. Padahal dari SOP yang dikeluarkan Gugus Tugas Penangan Covid-19, Karangasem, pemulangan jenazah  pasien karena probable tidak dibolehkan dan harus dilakukan  melalui pemulasaran dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Warga meninggal dunia karena probable asal Liligundi,  Bebandem, misalnya, tak terima  orang tuanya dinyatakan terindikasi  Covid-19, mereka secara khusus mendatangkan Bandesa Madya Karangasem I Ketut Alit Suardana untuk memediasi , agar jenazah orang tuanya bisa dibawa pulang ke rumah duka.

Dihadapan manajemen RS Bali Med, Alit Suardana, mengatakan,  dia datang menemui pihak manajemen rumah sakit atas nama Ketua Majelis Madya Desa Adat Karangasem. Tujuan kedatangannya, untuk membantu warga  dalam menyelesaikan persoalan  pasien yang meninggal probable yang tidak dibolehkan diajak pulang.

“Saya bekerja  tidak dibayar oleh negara.  Saya datang kesini (menemui majamen RS Bali Med) untuk membantu warga dan mencari jalan tengah terhadap kondisi jenazah almarhum,  agar bisa dibawa pulang ke rumah duka,” seloroh Alit Suardana dihadapan Direktur RS Bali Med , dr Suranten  dan Dewan Komisaris  I Nengah Swadi, serta dr Narirta SpPd, selaku dokter yang menangani kedua pasien yang mengalami masalah pada paru-paru itu.

Sebelumnya,  hal sama juga disampaikan  keluarga  pasien wanita asal Batanhe, Kelurahan Karangasem, yang  juga meninggal dunia karena probable.  Pihak keluarga tidak meyakini bahwa orang tuanya terindikasi Covid-19, pasalnya gangguan pada paru-paru yang derita orang tuanya sudah berlangsung sejak tiga bulan sebelumnya.

“Orang tua  kami   meninggal bukan karena Covid-19, kami berharap  saat ini juga jenazah almarhum bisa dibawa pulang ke rumah duka,”  ucap Samin, anak dari pasien yang meninggal karena probable asal Lingkungan Batanhe itu.

Samin menjelaskan,  orang tuanya  mengidap gangguan paru-paru sejak lama. Selasa  15 Juni 2021,  rencananya  diajak  berobat ke tempat praktek dr Japa di wilayah jalan Nenas, Kecicang, Bebandem. Tapi karena kondisi orang tuanya terus drop, dia  langsung mengajak ke RS Bali Med.

“Saat masuk UGD, mama di tes rapid antigen dan hasilnya non reaktif.  Tapi dari rekam medis,  dokter bilang pada paru-paru mama ada plet putih yang diindikasikan Covid-19,” terang Samin.

Tapi kericuhan itu, berhasil diredam pihak manajemen RS Bali Med dan pihak kepolisian   yang secara khusus datang ke lokasi. Baik Direktur mau pun pihak Komisaris, dengan tegas mengatakan,  tidak berani memberikan keputusan apa pun berkaitan  permintaan kedua keluarga pasien yang meninggal karena probale itu.

Dihadapan Bandesa Madya Karangasem, Ketut Alit Suardana dan  keluarga pasien meninggal asal Liligundi dan asal Lingkungan Batanhe,  Komisari RS Bali Med, I Nengah Swadi dengan tegas menyatakan, pihaknya tidak  bisa memberikan keputusan karena  SOP terhadap pasien  baik yang meninggal karena probable dan meninggal karena Covid-19 sudah sangat jelas.

“Silahkan bapak-bapak sampaikan hal ini ke Gugus Tugas, kami RS Bali Med hanya melayani pasien yang sedang sakit.  Kewajiban kami  membuat laporan pada Gugus Tugas terhadap kondisi pasien yang ada. Kalau pasiennya yang meninggal karena probable SOP nya sudah jelas, dan harus dilakukan pemulasaran di RSUD Karangasem,”  pungkas Swadi.  (tio/bfn)