KARANGASEM, Balifactualnews.com – Tradisi kuno Siat Api di Desa Adat Duda, Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem adalah upacara pembersihan sekala dan niskala yang pelaksanaannya dirangkaikan dengan Upacara atau Usaba Dalem yang lebih dikenal dengan Ngusaba Dodol.
Bendesa Adat Duda, I Komang Sujana ditemui media ini saat digelarnya Tradisi Siat Api pada Minggu(19/2/2023) mengatakan, yadnya yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat Duda yang diyakini berfungsi untuk keselamatan dan kesejahteraan hidup.
Baca Juga : Tradisi Nyeret, Ungkapan Rasa Bhakti Pemuda Desa Adat Ababi
Dijelaskannya, dahulu sebelum tradisi Siat Api dilaksanakan, terjadi hal hal buruk dan ketimpangan yang melanda masyarakat di Desa Adat Duda. Dalam situasi ketidaknyaman itu, seorang sulinggih lantas
Menyampaikan agar menggelar tradisi Siat Api, sebagai upacara menyomiakan atau menetralisir pengaruh negatif yang disebabkan oleh para bhuta kala di wewidangan Desa Duda, namun sebelumnya juga harus menggelar upcara yang disebut Tek-Tek Prus sebagai simbul ngulah Kala di rumah masing masing.
“Setelah melaksanakan tradisi Siat Api, semenjak itulah masyarakat Desa Adat Duda aman tentram dan diberkati kelimpahan rejeki, kesejahteraan semakin meningkat. Kemudian kami setiap tahun melaksanakan tradisi ini,” jelas Komang Sujana.
Di dalam pelaksanaan tradisi ini lanjut Sujana, Krama atau para peserta Siap Api adalah krama laki-laki, Pecalang, Sabha Yowana se-Desa Adat Duda. Mereka berasal dari 27 Banjar Adat di dua desa dinas yakni Desa Duda dan Desa Duda Timur.
Baca Juga : Kejari Karangasem Banjir Laporan Dugaan Korupsi
Sekitar 40 krama terpilih yang dibagi menjadi dua pasukan, yaitu kelompok timur dan barat. Pasukan Siat Api kelompok timur dipimpin oleh Perbekel Desa Duda Timur, I Gede Pawana. Kelompok Barat yang dipimpin oleh Pemucuk Saba Desa Adat Duda, I Gusti Agung Ngurah Agung dan sebagi wasitnya adalah Jero Bendesa Adat Duda.
“Siat Api atau Perang Api adalah sebagai simbol dalam menyelaraskan api atau musuh dalam diri kita. Didalam diri kita juga api itu bisa menjadi positif juga menjadi negatif. Bagaimana kita mampu meredam api atau musuh dalam diri kita, yang selaras sebagaimana kita mampu melakukan pengendalian dalam diri kita masing masing,” imbuh Komang Sujana.
Sore itu sekitar pukul 18.00 Wita berlokasi di pertigaan Tukad Sangsang, masyarakat sudah membludak untuk menyaksikan pagelaran Siat Api yang diiringi gamelan Baleganjur, dirangkaiakan dengan pagelaran fragmen tari yang berkaitan dengan asal mula bagaimana Tradisi Siat Api itu muncul.
Perang Siat Api ini, para peserta mempergunakan danyuh atau prakpak (daun kelapa kering yang di ikat, Red) lalu disulut api, yang selanjutnya akan dipergunakan untuk melakukan Siat (perang). Para peserta akan berusaha memukul lawannya dengan bara api yang tersulut dari prakpak tersebut.
Pertigaan Tukad Sangsang menjadi saksi sorak sorai penonton dan semangat dan suka cita para peserta krama Desa Adat Duda yang melaksanakan ritual Siat Api untuk melestarikan tradisi kuno mereka yang adi luhung. (ger/bfn)