Wagub Cok Ace Nyurat Lontar di Dukuh Penaban

BEGITU LIHAI, Wagub Cok Ace menuliskan aksara Bali pada daun lontar dalam acara pengukuhan BPPD Kabupaten Karangasem

KARANGASEM, Balifactualnews.com – Ada yang menarik dari kunjungan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) ke Karangasem, serangkaian Pengukuhan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) di Museum Lontar Dukuh Penaban, Kamis (6/2/20).

Disela-sela kunjungannya itu, Wagub asal Puri Ubud yang juga seniman itu menyempatkan diri untuk nyurat lontar. Didampingi Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, Wagub Cok Ace begitu lihai dalam menuliskan sastra Bali pada daun lontar kering yang khusus disediakan di Bale Sangkul Putih, Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban.

Tanpa canggung, seniman calonarang ini langsung mengambil pisau tulis lalu menuliskan namanya pada selembar daun lontar kering yang disediakan  pihak pengelola museum.

Bendesa Adat Dukuh Penaban sekaligus pengelola Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban, I Nengah Suarya, mengatakan, kunjungan orang nomor dua di Bali itu merupakan sebuah kehormatan bagi Desa Adat Dukuh Penaban.

Tapi, yang membuat Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban menjadi istemewa, karena nama Wagub Bali yang tersurat dalam daun lontar itu akan menjadi abadi seperti lontar-lontar koleksi Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban yang berusia hingga 400 tahun.

“Suatu kehormatan buat kami, karena nama Pak Wagub sudah terpatri dari pipil lontar yang kami miliki,” terang Suharya. Sementara itu, Cok Aca berharap agar keberadan Museum Pustaka Lontar Dukuh Penaban diberdayagunakan, tidak hanya untuk kepentingan masyarakat Dukuh Penaban, namun juga untuk kepentingan masyarakat luas.

“Lokasi museumnya sangat bagus, teduh dan rindang,” ucap Cok Ace. Kedepan, lanjut dia museum yang dikelola oleh Desa Adat itu, tidak sebatas berfungsi sebagai tempat pelestarian tradisi, tapi juga bisa menjadi edukasi masyarakat akan keberadan lotar itu sendiri.

“Saya salut, masyarakat Dukuh Penaban sudah mampu melestarikan keberadaan lontar, sebagai tradisi budaya yang dimiliki leluhur. Tentunya, keberadan museum ini juga didasari atas kesamaan ide dan gagasan dalam upaya pelastarian taradisi leluhur yang ada di Dukuh Penaban,” ucapnya.

Sementara itu, terkait BPPD, Cok Ace, mengatakan orientasi industri wisata saat ini tren nya sudah bergeser. Jika dulu para turis diperlakukan bak raja diservis secara berlebihan, namun kini para tamu lebih memilih mendekatkan pada pengalaman.

“Sebagian besar turis tidak lagi berorientasi pada hotel berbintang untuk menginap, namun mereka lebih memilih menginap di hotel yang mana lokasi mampu memberikan mereka pengalaman yang berbeda. Ini akan menjadi kenang-kenangan selama mereka berlibur, dan tentu saja pengalaman ini mereka ceritakan pada teman, kerabat di negara asalnya,” ucapnya. (ger/mit)

Exit mobile version