KARANGASEM, Balifactualnews.com–Kebakaran hutan lindung dan lahan (Karhutla) di lereng Gunung Agung yang terjadi selama dua minggu, yakni sejak 27 September hingga 10 Oktober 2023, menjadi kasus kebakaran hutan terbesar yang terjadi sejak 10 tahun terakhir, dengan luas hutan dan lahan yang terbakar mencapai 800 hektar.
Sesuai hasil perhitungan dari UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Bali Timur luas hutan lindung yang terbakar mencapai 640 hektar. Jumlah ini diprediksi akan terus bertambah, pasalnya titik api kembali terpantau di wilayah Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Selasa (10/10/2023).
Informasi yang diperoleh, kebakaran hutan di wilayah Desa Dukuh tersebut masih berada cukup jauh dari lahan garapan milik warga.
“Ada satu titik api yang terpantau, posisinya jauh dan sulit dijangkau. Kendati titik apinya sangat jauh, kami bersama tim gabungan tetap melakukan pemantauan agar api tidak sampai mendekati lahan warga,” kata Kepala BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa,
Sementara itu, kebakaran hutan atau lahan yang sempat terjadi di wilayah RPH Rendang munduk Pengubengan dan sekitarnya. Namun karhutla di wilayah tersebut sudah berhasil dipadamkan.
IB Arimbawa, mengatakan, musim kemarau yang belum reda, karhutla masih berpotensi terjadi di tiga kecamatan masih. Ketiga kecamatan itu, yakni, Kecamatan Rendang, Abang dan Kecamatan Kubu. Daerah yang berpotensi kebakaran terutama berada di bagian atas.
“Di Kecamatan Rendang daerah berpotensi kebakaran yakni wilayah di Puragae, Desa Pempatan. Kecamatan Kubu potensi kebakaran ada di Desa Ban,Baturinggit, dan Dukuh. Sedangkan Kecamatan Abang, wilayah yang berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan ada di Dusun Kedampal atas, Desa Datah,” jelas Arimbawa.
Wilayah di tiga kecamatan tersebut, kata Arimbawa, memang menjadi langganan kebakaran hutan setiap musim kemarau tiba.
“Kebakaran hutan dan lahan tidak sampai memakan korban jiwa dan luka. Kebakaran yang berlangsung selama dua minggu itu hanya memunculkan kerugian materiil yang dialami warga karena rumah dan pelinggih merajan kemulannya ada juga yang terbakar,” pungkas Arimbawa. (tio/bfn)