Tradisi Tatebahan Desa Adat Bugbug sebagai Ungkapan Syukur Anugrah Hasil Bumi yang Melimpah

tradisi-tatebahan-desa-adat-bugbug-sebagai-ungkapan-syukur-anugrah-hasil-bumi-yang-melimpah
Krama masyarakat Desa Adat Bugbug sedang melaksanakan tradisi Tatebahan, Senin(22/4) di natar Pura Balai Agung.

KARANGASEM, Balifactualnews.com – Tradisi turun temurun Aci atau Upacara Tatebahan di Desa Adat Bugbug dilaksanakan setiap setahun sekali. Tahun ini Tradisi Tatebahan  digelar, Senin(22/4) dipusatkan di natar Balai Agung desa setempat.

Kelihan Desa Adat Bugbug, I Nyoman Purwa Ngurah Arsana menyampaikan, Aci Tatebahan merupakan tradisi masyarakat Desa Adat Bugbug, yang bertujuan untuk, Mengucapkan Syukur atas karunia Ida sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas anugerah khususnya para petani, atas hasil bumi yamg melimpah.

Baca Juga : Mih Dewa Ratu, Avanza Jungkir Balik di Broken Beach, Wisatawan Selamat

“Sebagai warisan turun temurun,  tradisi Tatebahan ini sangat erat kaitanya dengan kehidupan pertanian masyarakat Desa Adat Bugbug. Dalam pelaksanaan upacara atau Aci Tatebahan ini sejatinya juga sebagai ungkapan rasa tulus serta berterimakasih kepada Ida Bhatara Gede Gumang yang berstana di Pura Gumang yang sudah menganugerahkan ilmu bertani dan berkebun kepada masyarakat Desa Adat Bugbug, sehingga sampai sekarang tetap diterapkan oleh petani,” ungkap Purwa Arsana.

Pelaksanaan Aci Tatebahan, diawali masyarakat di setiap banjar adat di desa bugbug berkumpul bersama di banjar masing masing untuk membuat sarana upacara. Diantaranya adalah membuat makanan pokok yang terbuat dari berbagai macam ubi yang dimasak atau dikukus, juga memasak sayur sayuran hasil panen petani, seperti lawar khas Bali yang terbuat dari sayuran seperti kacang panjang, belimbing dan kacang-kacangan, yang juga bermakna sebagai ungkapan syukur atas hasil pertanian.

Baca Juga : Kembang Wijaya Kusuma Dipercaya Pelindung Janin dari Gangguan Leak

Aci Tatebahan ini sebagai bagian yang tidak lepas dari aktifitas keseharian penduduk di sektor pertanian.  Dalam wujud syukur itu masyarakat Bugbug saat melaksanakan Aci Tatebahan, mempersembahkan sesajen yang bersumber dari hasil sawah dan kebun seperti, ubi, kelapa, talengis atau sisa olahan kelapa, kacang kacangan, yang diolah menjadi menjadi lawar dan ubi diolah dicampur dengan bumbu dan parutan kelapa sehingga menjadi pengganti nasi. Lalu makan bersama sama, untuk memupuk rasa persaudaraan sesame krama banjar.

Selanjutnya dilaksanakan persembahyangan bersama di pura balai agung. Setelah selesai sembahyang masyarakat melaksanakan tradisi tatebahan, yang mempergunakan sarana pelepah pisang, saling pukul atau saling sabet dengan pelepah pisang, namun sasaran hanya pada punggung saja. Krama masyarakat dalam melaksanakan tatebahan melakukannya dengan suka cita tanpa rasa dendam setelahnya.

Baca Juga : Dukung Penyelenggaraan WWF ke-10, Pemprov Bali Akan Gelar Upacara Segara Kerthi

“Ada beberapa hal lain yang mendorong dilaksanakannya Tradisi Tatebahan ini, disamping sebagai media untuk memohon kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan. Implementasi kaitan tradisi ini adalah guna mempertebal keyakinan terhadap ajaran Hindu, juga sebagai media mempererat hubungan baik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya,” lanjutnya.

Purwa Arsana melanjutkan, dalam ilmu medis, pelaksanaan Tatebaan bisa melancarkan peredaran darah.  ketika tubuh terkena sabetan pelepah pisang dengan kekuatan tertentu akan menimbulkan efek kejut pada tubuh, peredaran darah ditubuh lebih lancar, sehingga ketika aliran darah berjalan dengan baik tanpa hambatan di seluruh tubuh kita pun lebih sehat. Dan pelepah daun pisang juga mempunyai makna sebagai wujud keteduhan, wujud berlangsungnya kehidupan. Wujud pengayoman,” pungkasnya. (ger/bfn)

Exit mobile version