Aci Manda dan Nyepi Desa Adat Bugbug, Tradisi Menjaga Tanah leluhur

Taruna dan Daha Desa Adat Bugbug saat mengelilingi desa dalam prosesi Aci Manda.

KARANGASEM, Balifactualnews.com – Desa Adat Bugbug yang terletak di kecamatan dan Kabupaten Karangasem Bali, tetap melestarikan budaya dan tradisi peninggalan leluhurnya yang adi luhung, meski di tengah badai pandemic Covid-19 yang masih melanda hampir di seluruh bagian nusantara ini.

Salah satu tradisi yang dilaksanakan setiap setahun menurut tahun masehi yakni Aci atau Tradisi Manda, yang tersurat pada Selasa(2/2/2022). Aci Manda di Desa Adat Bugbug, ini tersurat dalam lontar pengaci-aci Desa Pakraman Bugbug., Manda dalam kamus jawa kuno berarti mengelilingi palemahan desa.

Terlihat ratusan Taruna dan Daha desa mengikuti jalannya prosesi Manda pada Selasa(1/2/2022). Meski diguyur hujan, namun semangat para Taruna dan Daha desa serta prajuru adat tak menyurutkan niat ngaturangayah.

Taruna Pasting, para pemangku, Daha Taruna Desa, truna truni Banjar Adat, ancangan desa, penglingsir desa adat, para prajuru serta krama Desa Adat Bugbug mengelilingi Desa. Para Truna Desa membawa sesurakan yang terbuat dari pohon enau diisi janur yang diukir sedemikian rupa.

Menurut Kelian Desa Adat Bugbug, I Nyoman Purwa Ngurah Arsana, Aci Manda merupakan ritual nedunang (menurunkan) dan mengupacarai Sanghyang Aji Raja Purana, penguasa prasasti pingit Desa Adat Bugbug. Dalam pelaksanaan tradisi Manda ini diartikan pula sebagai pengewajantahan semua ritual atau upacara yang ada di Desa Adat Bugbug.

Kelian Desa Adat Bugbug yang juga anggota DPRD Provinsi Bali ini menambahkan, Manda merupakan tradisi mengelilingi palemahan desa (wilayah desa), yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada generasi muda akan tapas batas dan kekayaan sumber alam yang dimiliki.

“Beginilah cara para leluhur Desa Adat Bugbug menterjemahkan pengakuan akan sumber-sumber daya alam yang dimiliki. Salah satunya adalah dengan mengetahui, merawat dan menjaga tapal batas Desa Adat Bugbug itu sendiri, agar tidak diakui oleh pihak luar dan bisa dipergunakan untuk mensejahterakan krama masyarakat Desa Adat Bugbug. Pengejawantahan terjemahan dimaksud adalah melalui Aci atau Tradisi Manda,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Baga Parhyangan Desa Adat Bugbug I Wayan Artana, SPd mengatakan, Aci atau Tradisi yang juga bertujuan untuk memohon kesuburan ini, jatuh pada panglong 13 sasih kawulu atau panglong 14 sasih kawulu atau panglong 15 Sasih Kawulu. Diantara 3 hari tersebut harus dipilih hari yang triwaranya Besaya atau Pasah. Tahun ini Manda jatuh pada panglong 15 sasih kawulu/tilem kawulu karena harinya triwaranya pasah.

“Aci Manda merupakan ritual nedunang (menurunkan) dan mengupacarai Sanghyang Aji Raja Purana, penguasa prasasti pingit Desa Adat Bugbug. Dalam pelaksanaan tradisi Manda ini diartikan pula sebagai pengewajantahan semua ritual atau upacara yang ada di Desa Adat Bugbug, dimana Ida Bhatara Gde Pengawi atau Ida Bhatara Gde Agung Sakti distanakan di Panti Balai Agung. Beliau juga bernama Ida Bhatara Ratu Mas Pingit,” jelasnya.

Dalam prosesi Manda ini para Daha dan Truna akan berbaris dan berjalan dari depan Pura Puseh menuju arah selatan melewati Pura Bale Agung sampai Banjar Adat Segaa. Kemudian ke arah utara dan terakhir mengelilingi Pura Bale Agung sebanyak 3 kali. Setelah itu barulah dilaksanakan Persembahyangan Bersama di Pura Bale Agung.

“Aci Manda, merupakan bagian dari upacara bhuta yadnya menjelang ngesanga (nyepi) sasih kaulu. Tradisi ini juga bermakna menjaga keseimbangan alam semesta, Bhuana Agung dan Bhuana Alit,” imbuh Wayan Artana yang juga Kepala Sekolah SMKN 1 Amlapura ini.

Ditambahkannya, sehari setelah Aci Manda, dilaksanakan Nyepi Adat, dimana Nyepi Desa Adat Bugbug jatuh pada panglong 14 Sasih Kawulu atau Panglong 15 Sasih Kawulu atau Penanggal 1 Sasih Kesanga. Diantara 3 pilihan itu dipilih yang triwaranya tepat Beteng. tahun ini Nyepi atau Sipeng Desa Adat Bugbug, jatuh pada penanggal 1 Sasih Kesanga karena Triwara beteng, tepatnya pada 2 Pebruari 2022. (ger/bfn)