Bali Kehilangan Budayawan Nyentrik Bernama Cok Sawitri

bali-kehilangan-budayawan-nyentrik-bernama-cok-sawitri
Aktivitas Almarhum Cok Sawitri semasa hidupnya
banner 120x600

KARANGASEM, Balifactualnews.com-Bali kehilangan sosok budayawan dan sastrawan nyentrik bernama  Cokorda Sawitri (55). Seniman teater asal Puri Sidemen,  Karangasem ini berpulang  menghadap Sang Khalik, Kamis (4/4/2024)  di Denpasar. 

Penulis buku ‘Janda dari Jirah’ dan ‘Tantri, itu menghembuskan napas terakhir pada usia 56 tahun. Dua hari sebelum berpulang, Cok Sawitri mengunggah foto melalui akun Instagram @cok_sawitri. Namun, perempuan berkaca mata minus ini tidak banyak menceritakan tentang momen dalam unggahan tersebut. Dalam storinya dia hanya menulis: “Bu, anakmu kembali lagi. Tapi tak sama seperti dahulu lagi.”

Kepergian Cok Sawitri, tidak saja menyisakan kesedihan mendalam keluarga besar Puri Sedemen, kesedihan serupa juga dialami kalangan keluarga besar budayawan dan sastrawan Bali. 

Selain sebagai sosok multitalenta dalam berkesenian,  Cok Sawitri juga  terkenal sangat humoris,  dan sangat konsisten melestarikan dan menjaga kebudayaan  Bali dari pengaruh luar yang ingin mengikisnya.

Cokorda Sutedja Pemayun, sepupu Alm. Cokorda Sawitri, menceritakan, sosok wanita yang dikaguminya. “Beliau anak ke 2 dari pasangan Cokorda Gede Raja dan Jero Wisma. Memiliki dua saudara kandung, .Kakaknya Cokorda Widnyana tinggal di Jerman, sedangkan adiknya  Cokorda Rupini  bekerja di Makassar, Sulawesi Selatan,” tutu sepupu Almarhum Cok Sawitri, Cokorda Sutedja Pemayun, saat ditemui di rumah duka, Jumat (5/4/2024). 

Cok Sutedja menuturkan, di masa kecil Cok Sawitri tinggal bersama orang tuanya di Kota Amlapura. Hobinya akan kesenian, seperti menari, menabuh, menulis, dan lainnya, sudah tumbuh sejak usianya masih anak-anak. Setelah dewasa, almarhum memutuskan ke Denpasar. Meneruskan cita -citanya jadi seorang sastrawan, dan seniman

Selama di Denpasar, almarhum tetap komunikasi dengan keluarga dan berkunjung ke Puri Sidemen. Tiap bulan dan saat acara menyempatkan diri bercanda dengan saudara di Puri Sidemen.

“Almarhum terakhir ke Puri Sidemen saat piodalan, Minggu (24/3/2024). Biasanya almarhum menginap  paling hanya dua hari, tapi Maret kemarin beliau menginap sampai lima hari,” kenang Cok sutedja.

Ditambahkan, banyak candaan  dan guyonan yang diceritakan saat lima hari menginap di Puri Sidemen. Dari guyonan yang dilontarkan, satupun tak menunjukkan kalau Cok Sawitri secepat itu akan berpulang menghadap Sang Khalik. 

“Saat itu komunikasi berjalan seperti biasanya, ngobrol ngalor ngidul, bercanda , bercerita terkait kebudayaan. Wajahnya terlihat biasa saat kembali ke Kota Denpasar,” ucap Cok Sutedja. .

Sebelum pamit ke Denpasar,  lanjut Cok Sutedja, sepupunya itu sempat bilang ada kerjaan berkesenian dan dalam waktu dekat akan pentas di Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. “Saya  benar-benar kaget  mendengar beliau meninggal dunia. Keluarga merasa terpukul. Beliau sosok humoris,  kerja keras, berani,”tuturnya.

Sebelum meninggal, Cok Sawitri sempat mengeluhkan  sakit lantaran  bagian livernya bermasalah dan menderita bronkitis dikarenakan kuat merokok.

“Kendati menderita sakit seperti itu, namun almarhum tetap ceria di depan keluarganya. Semua penyakitnya disamarkan. Almarhum sosok yang sangat baik, semoga mendapatkan tempat terbaik disisiNya,” pungkas Cok Sutedja. (tio/bfn)