Utama  

Gubernur Koster: Negara Maritim Sudah Sepatutnya Tidak Impor Garam

banner 120x600

*Bali Punya Garam Berkualitas dan Terkenal di Kusamba, Amed, Tejakula dan Jembrana

Gubernur Bali I Wayan Koster melakukan pemukulan gong  menandai dibukanya Rakernas I dan HUT ke 60 Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia yang dilaksanakan di Kuta, Badung

BADUNG, Balifactualnews.com–Pandemi Covid-19 telah memberikan banyak pelajaran kepada Pemerintah Provinsi Bali, khususnya di dalam menata perekonomian Bali yang diharapkan struktur perekonomian kedepannya bisa seimbang antara pariwisata, pertanian, kelautan dan industri.

Pandemi Covid-19 membuat perekonomian Bali terpuruk. Bahkan Gubernur Bali, Wayan Koster, mencatat,  ekonomi Bali mengalami ketimpangan yang sangat tajam, yakni 52 persen lebih ekonominya bersumber dari pariwisata. Sedangkan pertanian dan kelautannya hanya sekitar 22 persen.

“Jadi ketika sumber yang besar ini (pariwisata, red) ini terganggu, maka ekonomi Bali langsung mengalami kontraksi. Pandemi akan Saya jadikan momentum untuk menyeimbangkan struktur perekonomian Bali, antara pariwisata, pertanian, kelautan dan industri. Termasuk dengan cara ekspor,” kata Gubernur Bali, Wayan Koster saat membuka Rakernas Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) ke-1 tahun 2021 yang sekaligus dirangkaikan dengan HUT ke-60  di Kuta, Badung, Sabtu 26 Juni 2021.

Dihadapan Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno hingga peserta Rakernas GPEI, Gubernur jebolan ITB ini menceritakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional juga telah mengikuti rencana penyeimbangan struktur perekonomian Bali, antara pariwisata, pertanian, kelautan dan industri.

“Sehingga sekarang Bapennas bersama Tim dari Bali sedang merancang transformasi ekonominya,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini.

Bali di sektor pertanian dan kelautan yang sangat kuat tradisinya dan potensinya, kata Wayan Koster, ternyata selama ini tidak pernah diberikan kebijakan yang tepat. Industrinya yang selama ini berkembang secara alamiah, juga tidak melalui desain arah kebijakan yang terencana, terintegrasi, terpadu satu sama lain.

“Untuk itu, sekarang Saya akan susun agar menjadi sumber atau produk ekspor, dan tahun 2022 bersiap on  (aktif). Mengingat keberpihakan untuk mendukung ekspor dan ekosistemnya selama ini tidak ada. Tapi Saya salut, ekspornya  sudah ada yang jalan secara alamiah . Sudah semestinya ekspor produk di Bali ini harus by desain, dipimpin oleh Pemerintah, dan bekerjasama dengan semua stakeholdernya,” tegas Koster.

Disisi lain, Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng, mengatakan, saat ini masih ada kebijakan yang berpihak dengan impor. Hal ini kemudian membuat produk-produk lokal  Bali tertekan.  Sebagai negara agraris, kata Koster, sudah sepatutnya Indonesia tidak impor beras.

“Fakta yang ada, kita (Indonesia) impor berasnya terus. Impor bawang putih juga terus.  Sebagai negara kelautan, negara maritim, sudah sepatutnya tidak impor garam.  Tapi kenyataan yang ada,  garamnya juga impor,” kata mantan Anggota DPR-RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini.

Melihat kondisi itu, Gubernur Koster mengingatkan seluruh GPEI yang ada di Bali, bahwa Bali punya garam terkenal  dan sangat luar. Di Kulungku ada garam Kusamba, di Karangasem ada garam Amed, di  Buleleng ada   garam Tejekula.  Bukan hanya itu, kualitas garam Kabupaten Jembrana, juga tidak kalah saing dan disenangi di luar negeri.

“Kualitas garam Bali  sangat bagus. Garam kita sebenarnya disenangi di luar negeri, gara-gara garam beryodium menjadikan garam Bali  tidak bisa dijual di pasar tradisional, karena ada aturannya,” jelas Wayan Koster seraya menyatakan kalau mau berpihak pada Indonesia yang kaya raya terhadap pertanian dan kelautannya, maka harus berubah secara politik.

Sebagai solusinya di dalam memberikan perlindungan dan keberpihakan terhadap produk lokal Bali, pada kesempatan itu, Gubernur Koster menyatakan, bahwa Bali saat ini telah ada Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali. “Saya ingatkan Bulog, kalau membeli beras cadangan, gunakanlah beras lokal, jangan beli beras dari luar hingga impor,” katanya yang disambut tepuk tangan.

Sementara itu, Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno, memberikan dukungan kepada Bali untuk melirik pasar ekspor. Ia mengharapkan bahwa di dalam menjalankan ekspor, harus selalu bekerjasama dengan Kementrian Luar Negeri, Kedutaan Besar di seluruh dunia untuk memasarkan barang-barang yang akan di ekspor.  (tio/bfn)