Utama  

Muliakan Warisan Agung Leluhur Bali, Gubernur Koster Ngrastiti Bhakti di 101 Pura Khayangan Jagat

Gubernur Bali I Wayan Koster  memegang teguh komitmennya dalam  melaksanakan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali dengan Ngerastiti Bhakti di 101 Pura Kahyangan Jagat

KARANGASEM, Balifactualnews.com—Gubernur Bali I Wayan Koster  memegang teguh komitmennya dalam  melaksanakan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta  Berencana, menuju Bali Era Baru, yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali berserta isinya untuk mewujudkan kehidupan Krama Bali yang sejahtera dan bahagia secara sakala-niskala.

Kesungguhan Gubernur Koster dalam  melaksanakan Visi  Nangun Sat Kerthi Loka Bali, dilakukan dengan Ngrastiti Bhakti  di 101 Pura Khayangan Jagat yang ada di Pulau Dewata. “Ngrastiti Bhakti saya tempuh dalam 9 putaran. Tujuannya untuk memuliakan warisan agung Leluhur Bali yang kita hormati dan sucikan,” ucap Gubernur Koster, Minggu  6 Mei 2021 .

Dijelaskan, Ngrastiti Bhakti  pada putaran pertama dilakukan, Sabtu (Saniscara Umanis, Watugunung), 30 Januari 2021, bertepatan dengan Hari Suci Saraswati. Saat itu  Gubernur  Mabhakti di 8 (delapan) Pura. Putaran Kedua, pada Rabu (Buda Kliwon, Kulantir), 24 Pebruari 2021, Gubernur Mabhakti di 9 (sembilan) Pura. Putaran Ketiga, pada Minggu (Redite Pahing, Gumbreg), 7 Maret 2021, Mabhakti di 17 (tujuh belas) Pura di Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Putaran Keempat, pada Kamis (Wrehaspati Pon, Wariga), 18 Maret 2021, Mabhakti di 8 (delapan) Pura. Putaran Kelima, pada Sabtu (Saniscara Wage, Julungwangi), 3 April 2021, Mabhakti di 8 (delapan) Pura.

Pada putaran keenam, pada Kamis (Wrehaspati Paing, Medangsia), 6 Mei 2021, Gubernur  Mabhakti di 12 (duabelas) Pura. Putaran Ketujuh, pada Jumat (Sukra Kliwon, Pujut), 14 Mei 2021, Mabhakti di 12 (duabelas) Pura.   Sedangkan  pada putaran kedelapan pada Jumat (Sukra Paing, Paang), 21 Mei 2021, Gubernur  Mabhakti, matur piuning, dan nunas ica serentak di 12 (duabelas) Pura.  Dan  pada putaran  kesembilan, pada Minggu (Redite Umanis, Merakih), 30 Mei 2021,  Gubernur Mabhakti, di 15 (lima belas) Pura.

Ngrastiti Bhakti  di 101 Pura Khayangan Jagat  yang sudah dilaksanakan, kata Gubernur Wayan Koster, pertama, memohon kepada Ista Dewata sebagai manifestasi Hyang Widhi Wasa, yang berstana di 50 (lima puluh) Pura Kahyangan Jagat. Kedua, memohon kepada Guru-Guru Suci, sekaligus napak tilas linggih-linggih Beliau di 12 (duabelas) Pura Dang Kahyangan, karena Beliau telah meletakkan dasar sekaligus menata kehidupan spiritual / kerohanian jagat Bali, sehingga Bali menjadi Pulau tenget dan mataksu. Bali menjadi Padma Bhuwana, pusat peradaban dunia.

Ketiga, memohon kepada Ida Dalem/Raja-Raja Bali terdahulu, yang berstana di 12 (dua belas) Pura, serta napak tilas linggih-linggih Beliau, karena Beliau telah memimpin Bali pada era masing-masing. Keempat,  Gubernur Koster Matur Piuning dan Nunas Ica dalam rangka pelaksanaan Program Perlindungan Kawasan Suci Besakih dan Pembangunan Kawasan Pusat Kebudayaan Bali.

Ngrastiti Bhakti bertujuan untuk matur suksema (termakasih) atas restu, inspirasi, dan tuntunan yang telah diberikan sehingga keselurahan kebijakan prioritas dan strategis berupa 40 Peraturan yang terdiri dari 15 Peraturan Daerah dan 25 Peraturan Gubernur, telah diselesaikan dengan sangat lancar dan cepat dalam waktu 2,5 tahun sejak dilantik sebagai Gubernur 5 September 2018,” ungkap Gebernur asal Desa Sembiran, Bulelelng  itu.

Menurut Gubernur, Peraturan Gubernur yang dibuat dan sudah diterbitkan itu sangat diperlukan, sebagai dasar hukum untuk menata pembangunan Bali secara fundamental dan komprehensif dalam melaksanakan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.  “Ngastiti Bhakti  juga bertujuan nunas ica (memohon) kehadapan Ida Bhatara agar Beliau senantiasa merestui dan menuntun, sehingga pelaksanaan keseluruhan kebijakan dan program prioritas, sebagai implementasi Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali berjalan baik, lancar, dan sukses sesuai rencana,” jelasnya.

Selain itu,  lanjut Gubernur, Ngrastiti Bhakti juga  bertujuan memohon kerahayuan, keharmonisan, dan ketentraman Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali. “Sedangkan tujuan yang keempat, Ngrastiti Bhakti, secara khusus memohon agar program monumental sebagai penanda Bali Era Baru, yaitu Perlindungan Kawasan Suci Besakih dan Pembangunan Kawasan Pusat Kebudayaan Bali, mendapat restu dan tuntunan sehingga seluruh proses dan tahapan pembangunan berjalan dengan baik, nyaman, aman, damai, dan sukses,” jelas Gurbernur.

Ngrastiti Bhakti di 101 Pura Khayangan Jagat  yang ditempuh dalam 9 putaran itu, kata Gubernur Koster, juga untuk memuliakan Ida Bhatara dan Guru-Guru Suci, karena berkat Beliau, Bali memiliki tatanan kehidupan yang diwarisi masyarakat Bali, yakni, pertama, tatanan kehidupan berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi, yaitu Penyucian Jiwa (Atma Kerthi), Penyucian Laut (Segara Kerthi), Penyucian Sumber-Sumber air (Danu Kerthi), Penyucian Tumbuh-Tumbuhan (Wana Kerthi), Penyucian Manusia (Jana Kerthi), dan Penyucian Alam Semesta (Jagat Kerthi), kedua, tatanan kemasyarakatan yang dilembagakan dalam wadah Desa Adat, ketiga, tatanan upakara dan upacara dresta Bali, keempat, tatanan pemerintahan khas Bali.

Gubernur Koster meyakini, anugrah (paswecan) Ida Bhatara Sasuhunan, Guru-Guru Suci, serta Ida Dalem/Raja-Raja Bali dalam meletakkan dasar penataan jagat Bali, membuat Bali yang wilayahnya kecil memiliki kekayaan/keragaman juga keunikan adat-istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal. Bali kata Gubernur, mempunyai sistem pertanian tradisional yang sangat istimewa bernama Subak. Bali dianugerahi keragaman hayati berupa flora dan fauna endemik Bali yang sangat unggul, seperti beras Bali, salak Bali, jeruk Bali, manggis Bali, kopi Bali, arak Bali, jalak Bali, dan sapi Bali. Bali mewarisi sistem pengobatan tradisional/usada lengkap dengan sumber susastra berupa lontar yang memberi pengetahuan tentang tanaman Bali untuk obat dan pengusada. Bali juga menghasilkan karya cipta produk tradisional berbasis budaya, seperti endek Bali, songket Bali, seni lukis Bali, ukiran Bali, serta kerajinan khas Bali.

“Atas anugerah Beliau yang berlimpah, sudah menjadi kewajiban Saya sebagai Gubernur Bali untuk senantiasa Bhakti serta menjunjung tinggi linggih dan warisan-warisan agung Beliau. Pewarisan karya-karya monumental yang menjaga harmoni, kesejahteraan, dan kebahagiaan seluruh Krama Bali. Bahkan menjadi mahkota martabat Bali di kancah nasional dan global. Bali menjadi pulau yang dikagumi dunia, sehingga menjadi destinasi pariwisata internasional terbaik,” tegasnya.

“Warisan-warisan agung leluhur Bali ini menjadi inspirasi, spirit, dan filosofi bagi Saya dalam merumuskan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Dalam dimensi Tiga Waktu (Tri Samaya), Saya meyakini bahwa Bali saat ini merupakan keberlanjutan alamiah tatanan kehidupan Bali yang dibangun Leluhur Bali dan Guru-Guru Suci pada masa lalu (Atita). Segala warisan suci tersebut, dilanjutkan sebagai tatanan kehidupan serta pembangunan masa kini (Wartamana), dan menjadi pedoman arah kebijakan serta pembangunan masa datang (Anagata) secara kontekstual sesuai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi. Inilah yang konsisten Saya laksanakan dalam memimpin Bali, guna menjaga kesucian dan keharmonisan Alam Bali beserta isinya, agar Bali bangkit kembali menjadi Pulau dengan spiritualitas yang kuat, tenget dan mataksu dalam menghadapi perkembangan zaman dalam skala lokal, nasional, dan global,” urainya.

Warisan karya-karya luhur dan monumental Bali ini,  kata Gubernur, telah memiliki filosofi dan konsep pembangunan berbasis nilai-nilai kearifan lokal dalam menjaga keharmonisan Alam, Krama, dan Kebudayaan Bali untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat secara sakala-niskala.

Konsep pembangunan yang diwariskan oleh Ida Bhatara Sasuhunan, Guru-Guru Suci, dan Ida Dalem/Raja-Raja Bali, sebagai Leluhur Bali, sesungguhnya merupakan konsep original (genuine) pembangunan Bali yang diperlukan untuk membangun kehidupan masyarakat sepanjang zaman.

Konsep pembangunan original Bali ini bisa menjadi role model pembangunan nasional, bahkan bisa menjadi konsep pembangunan kehidupan masyarakat dunia. Konsep pembangunan yang diwariskan oleh Leluhur Bali inilah yang menjadi penanda Bali sebagai Padma Bhuwana, pusat peradaban dunia. Seperti konsep pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, telah menjadi arus utama dalam pembangunan masyarakat dunia belakangan ini.

“Dengan konsep pembangunan yang diwariskan para leluhur, sesungguhnya untuk membangun, masyarakat Bali tidak perlu mencari dan meniru-niru model pembangunan dari luar, tidak perlu studi banding ke luar Bali. Bahkan sebaliknya, dunia luarlah yang perlu belajar kepada Bali. Dalam hal ini, konsep pembangunan berdasarkan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi justru bisa menjadi arus utama yang baru (new-mainstream), pembangunan yang harmonis dengan alam semesta, sebagai pendekatan dalam merumuskan model pembangunan dan tatanan kehidupan masyarakat nasional dan global,” ucapnya.

Sementara itu, terkait pandemi Covid-19, Gubernur mengatakan bencana tersebut merupakan  merupakan siklus alam.  “Saya meyakini pada saatnya akan matilar (berakhir). Munculnya pandemi Covid-19 sepatutnya dimaknai sebagai momentum untuk melakukan mulat sarira secara sungguh-sungguh dengan sedalam-dalamnya, meningkatkan kesabaran dan kesadaran bersama, dengan tidak memunculkan sikap dan perilaku emosional, rasa curiga, saling tuduh, saling menyalahkan yang dapat memperkeruh suasana dan menjadi kontra produktif,”katanya.

Pandemi Covid-19, lanjut Gubernur  justru memberi ruang baru dengan spirit baru, pengalaman baru, pengetahuan baru, wawasan baru, dan peluang baru. “Saya yakini bahwa Ida Bhatara, Leluhur Bali, akan memberi anugerah terbaik, berupa lompatan kemajuan tatanan kehidupan baru yang diiringi dengan nilai-nilai baru memasuki Bali Era Baru. . Astungkara, Ida Bhatara Sasuhunan, Guru-Guru Suci, dan Ida Dalem/Raja-Raja Bali, Leluhur Bali senantiasa sweca melindungi, menuntun, dan melimpahkan wara nugraha-Nya kepada Kita semua,” pungkas Gubernur Wayan Koster. (tio/bfn).

 

 

Exit mobile version