KARANGASEM, Balifactualnews.com – Tradisi Siat Api Desa Adat Duda, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem diusulkan masuk sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Dinas Kebudayaan dan pariwisata setempat. Selain tradisi siat api, Baris Panah di Desa Kertamandala dan tradisi Daa Malom, Desa Ngis, juga ikut diusulkan.
Kabid Kebudayaan dan Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karangasem, I Nyoman Japa, mengungkapkan, tiga kesenian dan tradisi yang diusulkan itu berasal dari Kecamatan Selat, Abang, dan Manggis. Ketiga tradisi itu diusulkan karena dinilai unik dan langka, serta memiliki ciri khas sesuai desa adat masing-masing.
Baca Juga : Pegawai Kontrak Klungkung Full Senyum, SK P3K Segera Diserahkan
“Tiga tradisi ini sudah kami usulkan sejak beberapa bulan lalu. Tetapi karena ada yang di revisi, akhirnya dikembalikan. Sekarang ketiganya sudah kami usulkan ke Kemendikbud Ristek. Semoga bisa disetujui untuk ditetapkan menjadi WBTB,”harap I Nyoman Japa, saat dikonfirmasi Senin (6/5).
Menurut Japa, tradisi Siat Api di Desa Adat Duda, diyakini untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan hidup warga. Warga meyakini bahwa wabah penyakit tak hanya disebabkan secara sekala, melainkan juga secara niskala. Tradisi Siat Api merupakan upaya antisipasi yang dilaksanakan secara niskala.
Baca Juga : Selasa Besok, KPU Karangasem Lakukan Tes CAT Pelamar PPK
“Masyarakat Adat Duda juga memiliki kepercayaan, api merupakan media pelebur aura negatif dan bisa menjadi energi positif yang dapat menciptakan keseimbangan skala dan niskala,”jelas Japa
Sedangkan tradisi Daa Malom di Desa Adat Ngis, merupakan tradisi turun temurun. Dipercaya sebagai pelengkap upacara dan memiliki tugas penting terhadap pelaksanaan upacara. Bagi masyarakat Ngis, tradisi ini merupakan tarian sakral yang dilaksanakan di Pura Puseh bertepatan dengan Purnama Sasih Kasa nemu Kajeng
“Daa Malom dalam menjalankan tugasnya melakukan gerakan tangan seperti menari. Sehingga masyarakat lebih mengenal dengan Tarian Daa Malom. Daa Malom berasal dari kata Daa dan Malom. Kata Da atau Daha memiliki arti wanita, dan Malom artinya hijau subur,”tambah Nyoman Japa.
Baca Juga : Tangis Histeris Keluarga, Jenasah Putu Satria Ananta Rustika Tiba di Klungkung
Sementara tradisi Tari Baris Panah merupakan tarian sakral yang ada di Desa Adat Kertha Mandala, Kecamatan Abang. Tradisi ini merupakan tari upacara yang dipentaskan tiap 6 bulan sekali atau bertepatan Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan (Tumpek Kuningan) Piodalan Ida Meraga Taksu Baris Dadap dan Baris Panah bernama (mepesengan) Ida Bhatara Bagus Ayu Sakti.
“Tari Baris Panah ditarikan enam orang laki – laki, berperan sebagai wanita menjadi simbol kesetiaan terhadap pasangannya, sehidup semati dalam melakoni kehidupan di dunia,” pungka Nyoman Japa. (tio/bfn)