DENPASAR, Balifactualnews.com – Bangga pantas dirasakan tim bulutangkis Kota Denpasarusai meraih predikat juara umum pada Kejurprov Bulutangkis Bali yang digelar di Bangli baru-baru ini, dengan meraih 8 emas, 9 perak dan 23 perunggu. Meski bangga nampaknya Pengkot PBSI Denpasar juga merasa menyayangkan adanya pebulutangkis naturalisasi dari luar Bali membela kabupaten.
“Kami sangat bersyukur Denpasar meraih juara umum dengan 8 medali emas, 9 medali perak dan perunggu. Kami sangat bangga dan sangat apresiasi kepada atlet, orang tua, Persatuan Buulutangkis (PB) di seluruh Denpasar, pengurus PBSI Denpasar dan pelatih yang setia melatih sampai juara umum. Ini merupakan kerja tim yang sangat membanggakan apalagi juara umum ini sudah 9 kalinya di Kejurprov Bulutangkis Bali,” tutur Ketua Umum Pengkot PBSI Denpasar, I Ketut Suteja Kumara di Denpasar, Senin (6/11/2023).
Meski begitu, disayangkan pria yang juga anggota DPRD Denpasar itu karena pada kejurprov saat ini ada hal-hal menjadi bahan pemikiran dan evaluasi ke depan dimana kejurprov atau even-even semacam ini, seharusnya benar-benar menjadi ajang mengasah kemampuan, ajang membina para atlet kota dan kabupaten seluruh Balidengan harapan ke depan mampu mewakili kabupaten/kota masing-masing dan mewakili Bali di ajang nasional.
“Kalau di Denpasar prinsip-prnsip seperti ini kami jaga dan kami pertahankan untuk pembinaan atlet-atlet yang betul-betul merupakan atlet Denpasar kami utamakan, sehingga kerjasama dan kolaborasi atlet, orang tua, PB di Denpasar dan pengurus PBSI Denpasar kesolidannya benar-benar terjaga,” terangnya.
Diakui dan disayangkan karena ada kabupaten mempergunakan atlet yang langsung menurunkan atlet non kabupatennya atau atlet naturalisasi dari luar Bali, yang langsung turun di Kejurprov Bali 2023 ini. “Ini tentunya menjadi bahan evaluasi sekaligus bahan pemikiran Pengprov PBSI Bali, apakah kita masih mengedepankan dan cara berpikir semacam ini ? Kalau demikian, bagaimana kita membangun, bagaimana kita membina para atlet-atlet kita yang menjadi kebanggaan ke depannya untuk membawa harum nama kabupaten/kota dan provinsi Bali,” tegas Suteja Kumara.
Kalau seandainya dengan serta merta tanpa adanya filterisasi yang baik mereka para atlt luar langsung mampu terjun di Kejurprov ini sangat disayangkannya. “Apakah pikiran kita hanya soal juara namun atlet naturalisasinya tidak bisa mengharumkan nama kabupaten dan provinsi Bali ? Jadi PBSI Bali harus evaluasi dan filterisasi. Buat apa kita bangga kalau seandainya juga itu bukan milik kita. Lebih bai, bina, bangun dan asah apa yang menjadi milik kita sehingga nantinya benar-benar menjadi kebanggaan kabupaten/kota dan Bali,” terangnya.
Setidaknya lanjut Suteja Kumara, kalau ada atlet naturalisasi harus dilihat dulu selama setahun berkeringat kepada PBSI kabupaten baru ikut Kejurprov dan tidak serta merta langsung turun di Kejurprov. “Kalau ada yang berpikir dianggap baik atau apa silahkan, tapi bagi kami tidak seperti itu karena kami murni membina atlet kami sendiri di Denpasar. Apapun keberadaan atau kekurangan atlet kami tetap kami bina, bukan meminjam atlet asal dapat juara. Dan pengambil keputusan agar tidak gampang berpaling sehingga kita tidak dipandang tidak punya potensi sehingga harus mendatangkan atlet dari luar Bali sehingga nampak juara. Kalau saya prinsip lebih baik apa adanya dan sungguh menempa untuk meraih prestasi terbaik. Agar tidak menutupi muka kita dan memalsukan diri kita,” tutup Suteja Kumara. (ena/bfn)