JAKARTA, Balifactualnews.com – International Business Machines Corporation(IBM) dan Badan Antariksa Amerika Serikat(NASA) telah berhasil menciptakan matahari digital dengan bantuan model AI yang dinamai ‘Surya’.
Surya digadang-gadang mampu menyelamatkan umat manusia dari gangguan matahari serta mendeteksi aktivitas matahari yang mengganggu sejak dini dan dengan akurasi yang luar biasa.
Dengan model AI baru ini, para astronaut dan satelit di luar angkasa akan dapat mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan keselamatan mereka selama peristiwa matahari yang berbahaya.
‘Surya’ mengandalkan data yang dikumpulkan dari satelit Solar Dynamic Observatory (SDO). Data ini dikumpulkan dari pencitraan interior, atmosfer, dan medan magnet Matahari.
Saat ini, para ilmuwan menggunakan data ini untuk memprediksi badai matahari dan memahami variabilitas matahari dengan lebih baik. Namun, karena faktor manusia, analisis data SDO mungkin lambat.
Di sinilah Surya, model AI baru yang dikembangkan oleh IBM dan NASA, berperan. Surya dapat memproses data SDO lebih cepat daripada manusia dan menghasilkan prakiraan lebih cepat.
Dengan menerima prakiraan badai matahari secara cepat, kita dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik menghadapi peristiwa antariksa ini. Model AI baru ini merupakan model sumber terbuka yang menggunakan delapan kanal Atmospheric Imaging Assembly (AIA), yang memberikan pandangan berbeda tentang Korona Matahari. Model ini juga menggunakan lima produk Helioseismic and Magnetic Imager (HMI) untuk mempelajari representasi matahari. Instrumen HMI ini mempelajari osilasi dan medan magnet permukaan Matahari.
Model AI ini tidak hanya dapat mendeteksi badai matahari di antariksa, tetapi juga dapat mempelajari fisika dasar evolusi matahari.
Mengutip OrbitalToday, dalam waktu dekat, IBM dan NASA akan menggunakan Surya untuk meramalkan dinamika matahari, angin matahari, dan jilatan matahari. Model AI baru ini juga akan membantu mendeteksi spektrum ultraviolet ekstrem (EUV).
Selama pengujian model AI baru ini, model tersebut mampu mendeteksi apakah wilayah tertentu di Matahari akan memicu jilatan matahari satu atau dua jam sebelum terjadi. Pengujian juga membuktikan bahwa model AI tersebut belajar dengan cepat melalui observasi dan studi terhadap kumpulan data yang diberikan
Menurut IBM, kecepatan model ini menunjukkan peningkatan sebesar 16% dibandingkan metode prediksi yang saat ini digunakan. Di masa mendatang, kami berharap dapat melihat Surya beraksi secara penuh, memprediksi badai matahari, dan membantu menjaga keselamatan astronot dan satelit di luar angkasa. (ina/bfn)
