DENPASAR, Balifactualnews.com – Calon Wakil Walikota Denpasar dari Koalisi Indonesia Maju, I Nengah Yasa Adi Susanto yang mendampingi Calon Walikota Denpasar Gede Ngurah Ambara Putra atau Paslon ABDI diserang black campaign dengan isu bahwa I Nengah Yasa Adi Susanto, diisukan bukan asli warga Denpasar.
Diisukan negatif Jro Ong (Panggilan akrab Adi Susanto) menanggapi dengan santai tetapi sangat menyayangkan sikap atau pandangan diskriminatif seperti itu. Padahal Kota Denpasar dihuni masyarakat yang heterogenitas.
Sebagai warga Denpasar, yang sudah 25 tahun menetap di Denpasar dan telah ber-KTP Denpasar, Adi Susanto merasa ingin memberikan yang terbaik bagi daerah yang telah membesarkannya.
“Saya ingin berkontribusi lebih banyak dalam segala hal untuk Kota Denpasar dimana saya dibesarkan. Dalam kondisi sekarang, sebagai warga Denpasar saat saya diberikan mandat menjadi calon wakil walikota, maka saya tentu ingin menyampaikan pandangan serta pemikiran-pemikiran saya bagaimana mewujudkan Denpasar yang Aman, Berbudaya, Dialogis dan Inovatif. Pandangan diskriminatif seperti itu sudah bukan jamannya lagi,” terang Adi Susanto belum lama ini.
I Nengah Yasa Adi Susanto menambahkan, dirinya memang dilahirkan di Karangasem, tepatnya di Desa Bugbug. Sebagai orang perantau dari Kampung ke kota yang juga sama seperti saudara-saudara lainnya yang tinggal di Kota Denpasar seperti yang dari Buleleng, Tabanan, dan beberapa kabupaten di Bali yang datang ke Denpasar untuk mengadu nasib agar mendapatkan penghasilan dan kehidupan yang lebih baik.
“Sebagaimana kita ketahui bersama, para perantau yang datang ke Denpasar berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. Saudara-saudara kami di Karangasem saat Gunung Meletus tahun 1963 silan ada yang merantau ke Denpasar untuk mengais rejeki dan penghidupan. Kalau dilihat dari segi demografi, perantau di Denpasar tidak hanya dari seluruh kabupaten di Bali, tapi ada yang dari luar Bali dan bahkan dari luar negeri,” Beber Adi Susanto.
Adi Susanto juga berharap persatuan menyama braya tetap dijaga. Pemikiran-pemikiran diskriminasi kedaerahan jangan dijadikan alat untuk merusak persatuan yang telah terjaga selama ini.
“Tidak jamannya lagi isu diskriminasi kedaerahan dijadikan jualana kampanye. Sebaiknya berfokus meningkatkan kualitas SDM, menjadikan Denpasar lebih baik dan lebih maju, juga bagaimana kita bisa lebih banyak berkontribusi untuk masyarakat banyak,” pungkasnya. (ger/bfn)