KARANGASEM,balifactualnews.com—Permainan (dolanan) tradisonal selain mengajarkan kejujuran juga dapat membentuk pendidikan karanter anak anak-anak usia dini. Hal itu dikatakan maestro permainan tradisional Made Taro (83), usai menjadi pembicara dalam workshop dolanan tradisional yang digelar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Karangasem, di Taman Budaya Candra Buana, Amlapura, Selasa (28/6/2022).
Sekretaris Disdikpora Karangasem, I Komang Budiarta, mengatakan, workshop dolanan tradisional dengan menghadirkan ratusan guru PAUD se- Kabupaten Karangasem digelar serangkaian Bulan Bung Karno dan Hut ke-382 Kota Amlapura.
“Workshop permainan tradisional ini kami laksanakan guna membuka kembali cakrawala para guru PAUD akan pentingnya mengedepankan nilai-nilai luhur yang ada, salah satunya permainan tradisional anak-anak,” ucap Budiarta.
Dipihak lain, maestro permainan taradisional anak-anak, I Made Taro mengatakan, meplalianan (permainan tradisional) dulunya bernama permainan rakyat, merupakan kreasi nenek moyang yang sarat dengan nilai-nilai luhur.
“Nenek moyang kita telah mewariskan nilai-nilai luhur menyangkut karakter anak yang didalamnya memuat nilai pendidikan kejujuran, disiplin, percaya diri, sportipitas, kebersamaan, dan toleransi,” jelasnya.
Sebagai penggerak permainan tradisional di Bali, Made Taro juga menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah yang sudah mengangkat pamor permainan tradisional menjadi simbol ketahanan budaya Nusantara.
“Permainan tradisional sangat perlukan untuk menanamkan pendidikan karakter pada generasi sekarang. Dan ini diharapkan oleh pemerintah menjadi ketahanan budaya,”,” tegas pemilik sanggar Ku Kuruyuk, asal Tabanan itu.
Dihadapan ratusan Guru PAUD tersebut, Made Taro membagikan pengalamannya dalam mengarungi permainan tradisional hingga peranan permainan tradisional menjadi obat terhada semakin ganasnya ‘penyakit gatget’ yang melanda anak-anak pada era digital seperti saat ini.
Made Taro menjelaskan, permainan tradisional erat kaitannya dengan lagu anak-anak (gending rare), juga dogeng. Peminatnya bukan hanya dari kalangan anak-nak saja, namun dari berbagai kalangan termasuk lansia. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, Made Taru mengaku menemukan 200 jenis permainan tradisional, 250 gending rare dan 150 dongeng yang ada di Bali.
“Dongeng, permainan tradisional dang ending rare tidak hanya berfungsi saat karya tersebut tercipta, tapi akan memiliki fungsi lebih dari zaman ke zaman,” ungkapnya.
Sebagai maestro permainan anak-anak, Made Taro berharap, agar eseitensi permainan tradisional Bali tetap terjaga, meskipun sedang diterpa berbagai macam era.
Saya amanti belakangan banyak anak-anak yang menjadikan permainan tradisional sebagai sebuah penelitian ilmiah. Ini yang membuat saya sangat senang,” pungkasnya. (wat)