KARANGASEM, Balifactualnews.com-Jantung kota Amlapura masih terkesan jorok. Pemicunya, di setiap sudut kota masih terlihat sampah berserakan hingga Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Karangasem, belum bisa maksimal melakukan penanganan.
Persoalan sampah, memang sudah menjadi masalah serius di Gumi Lahar. Bahkan, kondisi ini sempat dibahas dalam debat perdana calon Bupati dan Wakil Bupati Karangasem, beberapa waktu lalu.
Kebuntuan dalam penanganan sampah tersebut, disebabkan tempat pembuangan akhir (TPA) Butus yang berlokasi di Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, daya tampungnya sudah tidak muat alias hampir overload.
Data yang dihimpun, volume sampah di TPA Butus mencapai 95 persen, hanya tersisa 5 persen dari kapasitas yang ada.
“Persoalan sampah di Karangasem memang belum bisa teratasi dengan maksimal. Ini disebabkan volume sampah setiap hari terus mengalami peningkatan, sementara TPA Butus (yang menjadi satu satunya tempat pembuatan sampah) daya tampungnya sudah semakin sedikit,” ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Karangasem, I Nyoman Tari, kepada wartawan, Kamis (7/11).
Tari menjelaskan, kiraman sampah dari Kota Karangasem per hari rata-rata mencapai 40 – 50 ton. Bahkan, saat hari raya besar, volume sampah akan meningkat drastis,mencapai 80 – 100 ton per hari. Ini belum terhitung kiriman sampah dari desa lain yang langsung buang tumpukan sampah ke TPA Butus.
“TPA Butus tinggal menunggu waktu. Kami minta kesadaran masyarakat untuk bisa memilah sampah, sehingga volume sampah yang di kirim ke TPA bisa di tekan,”harap Tari.
Menyikapi persoalan sampah yang belum bisa dituntaskan di Karangasem, Tari mengaku sempat melakukan studi banding ke Kabupaten Badung. Dia mengatakan, pengelolaan sampah di kabupaten terkaya di Bali itu sudah sangat produktif dengan menggunakan alat incinerator.
“Kami sudah koordinasi dan komunikasi hal ini ke pimpinan (Pak Sekda) terkait alat untuk mengatasi sampah. Rencananya akan dilakukan lakukan pengadaan pada APBD Perubahan 2024,” ucap Tari.
Alat incinerator, kata Tari, mampu mengolah sampah hingga 15 ton per hari. “Dampak dari pengolahannya juga tidak besar dan sangat ramah lingkungan. Asap yang dikeluarkan putih, tidak hitam seperti peralatan lainnya,” tandas Tari. (tio/bfn)