Daerah  

Kelapa Dalam Filosofi Umat Hindu


Balifactualnews.com Sebagai daerah yang masuk katagori tropis, pohon kelapa tumbuh subur, begitu juga di Bali. Pohon dengan julukan pohon seribu manfaat ini begitu indah menghiasi pantai pantai elok idaman para turis. Begitu juga dengan pemakaian buah kelapa yang memiliki filosofi tertentu dalam kebutuhan sarana upacara upacara keagamaan di Bali.



Ada sebuah mitos yang berkembang terkait keberadaan pohon kelapa. Diambil dalam kutipan UTS Sivasiddhanta II (makna banten-banten dan mantra banten) diceritakan sebagai berikut, bermula dari kisah dari Dewa Brahma yang memiliki empat kepala, Catur Muka. Saat itu Dewa Siwa melepaskan panah untuk memotong satu di antara lima kepala Dewa Brahma sehingga Dewa Brahma menjadi berkepala empat, maka Dewa Brahma pun disebut Pala Dewa Catur Mukha.

Kepala Dewa Brahma yang putus itu jatuh ke dunia dan menyebabkan gempa bumi yang sangat dasyat. Melihat dunia bergoncang hevbat, Dewa Siwa pun mengambil dan membuangnya kelaut. Namun laut juga menjadi goncang, air laut naik dan menerjang pesisir pesisir. Akhirnya kepala Dewa Brahma itu diambil lagi oleh Dewa Siwa dan ditanam ditepi pantai. Lalu seiring waktu berganti kepala Dewa Brahma yang ditanam itupun tumbuh menjadi kelapa. Saat itulah pertama kali kemunculan pohon kelapa dan sampai saat ini sangat berperan dalam penyelenggaraan upacara Yajna Umat Hindu seDharma.


Baca :


Lalu apa filosofi pohon kelapa yang menjadi referensi dalam kehidupan sehari-hari masyrakat umum dan masyarakat Hindu. Dirangkum dari berbagai sumber Adapun filosofi yang dari pohon kelapa adalah sebagai berikut:
Sebuah Filosofi kepribadian : dimana umumnya yang terlihat baik akan memberikan kita penilaian baik lau yang terlihat buruk pun akan memberi penilain buruk kepada kita. Sementara itu dari pohon kelapa kita mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih mendalam. Cara pandang kita dalam menilai kepribadian seseorang bagaikan seperti buah kelapa yang menunjukan kematangan cara berpikir dan berprilaku. Dalam kemantangan buah kelapa didalamnya terdapat air yang kemurniannya tetap terjaga serta memberikan kehidupan untuk tunas tunas baru yang akan tumbuh kembali.

Sementara itu, batang dari pohon kelapa menunjukan akan kedewasaan, ini tercermin ketika dewasa atau besar pohon kelapa berbuah untuk dijaga sampai matang dan jatuh sesuai dengan alur kehidupan manusia harus mengikuti tahapan sesuai dengan Catur asrama yaitu :
1. Brahmacari Asrama, tingkat kehidupan menuntut ilmu
2. Grehasta Asrama, tingkat kehidupan berumahtangga
3. Wanaprastha Asrama tingkat kehidupan dengan menjauhkan diri dari nafsu- nafsu keduniawian
4. Sanyasin atau Bhiksuka Asrama sebuah tingkat kehidupan dimana pengaruh dunia sama sekali dilepaskan.

Filosofi tentang kelahiran , perlindungan dan kematian yaitu Kelahiran, perlindungan dan kematian merupakan konsep tri murti yang sering kita kenal dalam agama Hindu. Dalam pohon kelapa juga mencerminkan hal itu. Sebelum buah itu tumbuh terlebih dahulu batang sebagai perlindung disediakan oleh pohon kelapa sendiri sehingga nantinya buah kelapa akan mendapatkan perlindungan ketika dia tumbuh, dan selalu dijaga agar tetap berada dalam perlindungan dahannya. Begitu juga manusia, dalam agama Hindu manusia lahir secara sekala dan niskala. Sisi sekala itu manusia dilindungi oleh orang tua dan sisi niskala manusia dilindungi oleh kanda 4 (empat saudara yang selalu menemani waktu lahir sampai kita tiada nantinya). Selain itu, manusia dalam menjalani kehidupannya disediakan kebutuhannya agar bisa melanjutkan hidup.

Filosofi tentang kematian dimana manusia yang hidup akan selalu menunggu mati. Lahir, hidup dan mati adalah hal yang harus dijalani sebagai manusia. Dimana kematian itu sendiri adalah hal tetap menjadi misteri akhir perjalanan hidup manusia. Pohon kelapa menjawab mengenai sifat akan kematian, seperti yang terjadi pada pohon kelapa, karena bukan hanya kelapa tua saja yang akan jatuh dari pohonnya, namun kelapa yang masih kecil atau bungsilnya pun bisa jatuh dari pohonnya. Ini menggambarakan kematian itu tidak hanya dialami oleh yang sudah berusia lanjut, namun yang masih muda atau kecilpun akan mengalami hal yang sama. Selain itu, buah kelapa yang tua juga bisa bertahan di pohonnya sampai bertunas kembali, hal ini menggambarkan usia manusia bisa berlanjut.

Sebuah filosofi tentang kesederhanaan. Kesederhanaan merupakan suatu perasaan yang mampu menerima apa adanya dan berprilaku seperti biasanya. Pohon kelapa juga memiliki prinsip kesederhanaan ini, dimana tempat hidup yang dapat menyesuaikan terhadap jenis tanahnya. Kesederhanaan pohon kelapa ini juga masuk dalam prinsip agama Hindu. Kelapa yang kelihatannya tidak menarik namum memberikan manfaat yang luar biasa.

Penggunaan kelapa sebagai sarana upacara disebutkan sebagai unsur penting yang menunjukkan warna dari keberadaan para Dewa seperti :

• Kelapa Gading tempatnya di barat Dewa nya, Mahadewa,
• Kelapa Bulan warna warna putih temaptnya di timur Dewanya, Iswara.
• Kelapa Gadang warna hijau tempatnya di utara Dewanya, Wisnu.
• Kelapa Udang tempatnya di selatan Dewanya, Brahma.
• Kelapa Sudamala campuran keempat warna, Dewanya, Siwa.

Sedangkan jenis kelapa yang lain seperti, kelapa atau Nyuh Bojog, Rangda, Mulung dan Julit juga dipergunakan untuk sarana dalam upacara agama Hindu. Disamping itu, serabut kelapa dalam mabeakala yang berbelah tiga sebagai simbol dari Tri guna. Diantara banten atau sarana upacara penggunaan kelapa juga disebutkan yakni, kelapa dalam hiasa pada penjor yang melambangkan kemakmuran, kelapa didalam isian daksina sebagai simbol Pawitra (air keabadian / tirtha amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar. Dan ada juga kelapa bungkak yaitu kelapa yang kecil berwarna kuning yang disebut Nyuh Gading dipergunakan dalam kelengkapan seperti Durmanggala, Prayascita yang fungsinya menyucikan pikiran. Dari berbagai sumber. Editor (ger)