Utama  

Besakih Terpapar Hujan Abu, Lava Pijar Bakar Lereng Gunung Agung

banner 120x600

(Foto tim bfn/pasebaya/Wyn Nuarta)

________________________________________________________________________________

KARANGASEM—Erupsi Gunung Agung, Karangasem, Bali, yang terjadi Kamis (4/4/2019) sekitar pukul 01.30 wita dini hari tadi memunculkan dampak hujan abu di tiga wilayah seputaran Kecamatan Rendang.

Operator net siaga Posko Induk Pasabaya, Agung, I Komang Eka Semaraputra mengatakan, hujan abu terjadi sekitar pukul 02.22 Wita atau satu jam setelah Gunung Agung Erupsi.

“Erupsi yang memunculkan lava pijar juga juga membakar lereng Gunung Agung,” terangnya. Sementara itu, tiga wilayah di wilayah Desa di Kecamatan Rendang, yakni Desa Temukus, Telungbuana, dan Desa Besakih dilaporkan terpapar hujan abu setelah satu jam Gunung Agung Erups.


Baca : Gunung Agung Erupsi, Pemedek Pura Besakih Panik


Rilis dari magma VAR yang disampaikan Pos Pengamatan Gunungapi Agung, Rendang menyebutkan, gunung dengan ketingian 3.142 mdpl itu mengalami dua kali erupsi berselang tiga menit. Erupsi pertama terjadi pukul 01.30 Wita diawali suara gemuruh dan dentuman keras hingga mengeluarkan lava pijar dari puncak kawah.

“Dari visual asap kawah teramati bertekanan sedang hingga kuat berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 2000 m di atas puncak kawah,” terang kepala Pos Pengamatan Gunungapi Rendang, Dewa Made Merthayasa.

Dijelaskan, lontaran batu (lava vijar) juga teramati menjangkau jarak radial 2000 m dari kawah ke segala arah, berdurasi 217 detik. Kendati Gunung Agung erupsi dengan mengluarkan lava pijar, sampai berita ini di tulis belum ada tanda-tanda penikatan terhadap status Gunung Agung. Pihak PVMBG, masih menetapkan status Gunung Agung dalam III (Siaga).

Rekomendasi yang dikeluarkan juga masih sama, yakni masyarakat dilarang melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apa pun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

“Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual,” jelas Dewa Mertayasa, seraya menambahkan, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung, agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan. (tio)