Dilibas Perak Thailand

banner 120x600

photo by financialku.com

KARANGASEM-Pengrajin perak di Bali dilibas kerajinan perak Thaeland dan Cina.  Di Bali harga bahan baku perak mahal sementara di Bali harga bahan baku sangat mahal. Kondisi ini membuat pengrajin perak di Bali kelimpungan. Balekangan ini banyak dari mereka beralih ke alpaca.

Memang dengan alpaca nampak agak kekuningan, namun harga lebih bisa bersaing. Karena kalau dipaksakan menggunakan bahan baku kerak mereka bisa merugi. Sebab dipasaran tidak akan mampu bersaing.

Penjualan pengrajin perak Bali pun menurun. Salah satu pengrajin perak asal Kubu yang membuka usaha di Sukawati, Gianyar I Nyoman Witana mengakui kalau bahan baku mahal. Dia juga heran kenapa perak di Thailand murah. Padahal perak tersebut juga produk aneka tambang dari Indonesia.

“Dulu saya pengrajin perak…sekarang ini terpaksa beralih,” ujarnya. Sementara perhiasan yang dia biasa buat seperti gelang, cincin, kalung, bros atau berbagai jenis perhiasan lainnya. Hanya saja kalau menggunakan bahan aplaka harus jujur sama konsumen agar tidak komplin.

Parahnya lagi belakangan ini produk cina menjual perhiasan perak lebih murah. Mereka ini membeli bahan baku dari Thailend. Cina mampu menjual per gram perhiasan perak seharga Rp 125 ribu. Sementara pengrajin di Bali minimal bisa menjual Rp 200 ribu per gramnya.

Ini membuat mereka tidak bisa bersaing dan kalah dengan Cina.

Selain itu belakangan ini juga  produk cina dengan bahan suving. Ini juga menghajar produk kita. Produk bali memang dikenal dengan keunggukan pada motif. Hanya saja harga yang beda juga bisa mempengaruhi penjualan.

Motif bali diakui Witana memang punya taksu. Hanya saja Cina sekarang ini juga sudah mampu meniti produk Bali sehingga bisa menjadi ancaman tersendiri.

Sementara itu Kadis Prindag Bali I Nyoman Suarca mengaku heran kenapa di Thailand harga perak bisa murah. Padahal perak yang digunakan juga produk aneka tambang.

“Ini harus di telusuri apapenyebabnya,” ujar Suarca. (asa)