Hari Buruh dan Sejarah Kelamnya di Indonesia

banner 120x600

________________________________________________________________________________

DENPASAR — May Day yang jatuh setiap 1 Mei adalah hari libur kaum pagan kuno untuk menandai permulaan musim panas atau perayaan tahunan untuk menyambut datangnya musim semi di Mesir dan India kuno.

May Day juga dirayakan oleh bangsa Romawi dalam Festival Floralia untuk menghormati Flora, dewi musim semi. Ketika bangsa Romawi memperluas kekuasaannya, tradisi ini menyebar ke banyak wilayah.

Ketika tradisi ini masuk ke negara-negara Barat seperti Inggris dan Amerika, May Day mengalami perubahan bentuk. Di Inggris abad pertengahan, selebrasi May Day menjadi acara tari-tarian mengelilingi tiang kayu yang dihiasi oleh bebungaan, atau yang dikenal dengan acara Maypole.

Namun, May Day mempunyai arti baru di abad ke-19, yakni peringatan Hari Buruh untuk memperjuangkan hak para pekerja di seluruh dunia.



Pada September 1882 di Amerika Serikat, sekitar 20 ribu orang menggelar parade sambil membawa spanduk bertuliskan delapan jam kerja, delapan jam istirahat, dan delapan jam rekreasi.

Di tahun-tahun berikutnya gagasan itu menyebar ke negara-negara bagian di AS, namun belum menjadi hari libur umum.

Pada 1 Mei 1886 terjadi demonstrasi buruh dalam skala yang lebih besar di Amerika Serikat yang dilakukan oleh sekitar 400 ribu orang buruh dengan masih mengusung tuntutan yang sama, yaitu pengurangan jam kerja menjadi delapan jam sehari.

Demonstrasi saat itu berlangsung selama empat hari, sejak 1 Mei hingga 4 Mei 1886.

Di hari terakhir, buruh melakukan pawai secara besar-besaran. Aksi itu ternyata disambut polisi dengan melakukan penembakan secara membabi buta hingga menewaskan ratusan orang. Polisi juga menangkap sejumlah pemimpin aksi tersebut. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan Haymarket, ratusan buruh yang tewas pun disebut sebagai martir.

Setelah itu, Konferensi Sosialis Internasional diselenggarakan di Paris, Perancis pada 1889. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa demonstrasi buruh di Amerika Serikat pada 1 Mei 1886 sebagai peringatan Hari Buruh Internasional. Di Amerika Serikat, Hari Buruh ditetapkan sebagai hari libur nasional pada 1894.

Peringatan Hari Buruh juga sampai di Indonesia, pertama kali diperingati pada 1920. Namun, Hari Buruh tidak lagi diperingati di era kepemimpinan Presiden Soeharto atau era Orde Baru karena diidentikkan dengan gerakan atau paham komunis.

Sejak peristiwa Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) pada 1965 Hari Buruh menjadi tabu di Indonesia.

Soeharto menghilangkan May Day pada 1967 dengan mengganti nama Kementerian Perburuhan pada Kabinet Dwikora menjadi Departemen Tenaga Kerja. Soeharto menunjuk Awaloedin Djamin sebagai Menteri Tenaga Kerja pertama era Orde Baru. Ia dipilih karena latar belakangnya sebagai perwira polisi.


Baca : 


Menurut Soeharto, Awaloedin merupakan sosok yang tepat untuk mengisi jabatan itu karena dinilai mampu menghadapi kaum buruh.

Serikat buruh saat itu masih kuat maka Peringatan hari buruh pada 1 Mei 1966 masih diadakan oleh Awaloedin setelah mendengar pertimbangan Soeharto.

Saksi kelam juga mewarnai hari buruh nasional, seperti contohnya MARSINAH,
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putra Surya yang aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggulangin, Sidoarjo.

3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh.

4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.

Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.

Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi kodim sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.


Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.

Sejak saat itu, peringatan 1 Mei ditandai oleh aksi turun ke jalan oleh ribuan buruh dari berbagai wilayah seperti Tangerang, Bogor, dan Bekasi ke Jakarta. Aksi ini senantiasa memicu kemacetan panjang, terlebih ketika buruh memblokade sejumlah ruas jalan.

May Day di Indonesia tidak hanya diikuti oleh mereka yang berasal dari kalangan buruh, melainkan juga diikuti oleh Mahasiswa, aktivis dari organisasi kepemudaan, hingga masyarakat umum.

Sebanyak sepuluh tuntutan itu antara lain kenaikan upah minimum 2015 sebesar 30 persen dan revisi kebutuhan hidup layak menjadi 84 item : menolak penangguhan upah minimum, menjalankan jaminan pensiun wajib bagi buruh pada Juli 2015 : menjalankan jaminan kesehatan seluruh rakyat dengan cara mecabut Permenkes Nomor 69 Tahun 2013 tentang Tarif, audit BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan : serta hapus outsourcing. (ani)