Utama  

Kisah Darmawati, Korban Selamat dari Maut Sambaran Petir Jembrana

banner 120x600

________________________________________________________________________________

JEMBRANA—Tragedi petir menyambar 10 orang kelompok manyi di Subak Telebes, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali, masih membawa duka mendalam bagi keluarga korban yang meninggal dunia. Bukan hanya itu, musibah tersebut juga membawa duka terhadap korban selamat, menyusul sampai saat ini mereka masih mengalami trauman mendalam atas tragedi Jumat (5/4/2019) siang itu.

Ada cerita menarik di balik musibah itu. Tahukan anda, ternyata satu korban selamat dari ancaman maut sambaran petir, karena sempat menyelam beberapa menit di dalam air. Ni Luh Darmawati, warga Kaleran Kauh, Desa Yehembang, Modoyo, Jembrana, mungkapkan kisah itu dihadapan tim balifactualnews.com, Sabtu (6/4/2019) sore tadi.

Ditemui di rumahnya di Banjar Kaleran Kauh, Darmawati terlihat masih terbaring lemah. Sebelum kejadian dia bersama 11 buruh lainnya sedang manyi (memotong pati) di sawah milik Dewa Kade Jember. Sekitar pukul 12.00 Wita, kelompok manyi nitu beristirahat untuk makan siang. Saat beristirahat untuk makan siang, Darmawati berteduh dengan sembilan angota kelompok manyi di gubuk yang tersambar petir itu. Sedangkan dua anggota kelompok manyi lainnya berteduh di gubung lain, berjarak sekitar 300 meter dari lokasi kejadian.

“Saat itu kami sedang makan siang, tiba-tiba turun hujan deras, tidak lama berselang petir mulai menggelegar dan menyambar tempat kami berteduh,” kenang Darmawati, seraya menambahkan, saat petir menyambar gubuk tempat berteduh itu hancur dan semua orang yang ada di dalamnya terlempar ke tanah. Ironisnya dua orang meninggal itu posisinya bediri di dekatnya.

Menurutnya dia tidak tahu kejadian selanjutnya. Tidak lama kemudian datang pertolongan termasuk sejumlah polisi mengevakuasi dirinya dan teman-temannya.

“Teman-teman saya semua terlempar. Saya selamat dari maut karena sempat menyelam di air,” tuturnya.

Saat dirinya dan teman-temannya terlempar, dia merasakan telinganya mendengung keras dan kedua kakinya panas. Tanpa pikir panjang dia langsung menyelam dalam air yang menggenangi petak sawah di dekat gubuk. Sehingga rasa panas pada kakinya hilang. Darmawati sendiri tidak ingat berapa menit dia menyelam. Setahunya saat dia terlempar dia langsung tengkurap di petak sawah yang berisi air.

“Yang jelas agak lama. Seluruh badan saya sengaja ditenggelamkan, takut ada sambaran petir susulan,” ujarnya.

Keluar dari air, dia kaget alang kepalang melihat sembilan temannya yang lain terkapar. Bahkan dua temannya meninggal dunia dengan kondisi tubuh hangus penuh luka bakar. Bahkan satu korban keluar darah segar dari telinganya dan beberapa diantaranya pingsan. “Hanya telinga saya saja yang masih mendengung,” tuturnya. (dod/tio)