Photo by : Brilio
KARANGASEM—Sebagian orang yang meyakini dibalik pandangan kasat mata terdapat dimensi berbeda tempat hidup dari para makhluk berbadan halus. Bahkan di setiap Daerah mempunyai nama-nama khas dari setiap makhluk itu, seperti hantu, genderuwo, jin, kuntilanak, dan lain sebagainya.
Salah satu fenomena yang sering terdengar di masyarakat terkait makhluk berbadan halus itu diyakini interaksi antara memedi dengan manusia. Dalam istilah Bali disebut mekantenan ajak memedi. Namun banyak di antara yang tidak tahu dan bahkan meragukan keberadaannya.
Baca : Kolaborasi Barongsai -Barong Ket, Pukau Ribuan Penonton
Seorang penekun spiritual asal Klungkung, I Gusti Ketut Suwela, menuturkan makhluk berbadan halus berasal dari manusia yang mati akibat salah pati, ulah pati.
“Badan manusia terdiri dari tiga lapisan yaitu badan kasar, halus atau badan energi serta Atman,” tutur Gusti Suwela.
Ia menambahkan dari ketiga lapisan itu, badan halus yang tersusun dari energi hidup ini tidak akan bisa mati. “Energi itu kekal, sehingga walaupun manusia telah disebut mati, badan halus ini tetap bisa hidup. Inilah yang disebut roh,” ungkap Suwela.
Roh manusia yang meninggal akibat salah pati, ulah pati seperti di bunuh, gantung diri, di mutilasi bila masih tetap terikat oleh penderitaan semasa hidup, roh roh tersebut akan gentayangan dan mendiami tempat-tempat tertentu seperti pohon besar, sungai, atau semak-semak.
Kepercayaan masyarakat Bali, lanjut Gusti Suwela, roh yang tinggal di semak-semak atau pohon besar disebut memedi. Memedi merupakan makhluk yang gemar bermain. Sehingga kadangkala ia mengajak manusia untuk ikut masuk ke Dunianya dan diajak bermain. Manusia yang mampu berinteraksi dengan memedi pun tidak sembarang manusia. “Bila frekuensi gelombang energi yang dimiliki seseorang sama dengan frekuensi yang dipancarkan memedi, maka akan terjadi peristiwa tarik menarik. Inilah yang menyebabkan ada istilah mekantenan ajak memedi,” ungkap penekun spiritual asal Klungkung ini.
Memedi secara tidak langsung akan menanamkan jasa kepada orang yang ia senangi. Dengan begitu orang tersebut akan merasa berhutang budi dan menuruti kemauan si memedi.
“Tempat yang paling disukai memedi antaranya kandang sapi atau kuda, kayu santep, juwet, ulatip dan kawasan yang dipenuhi ambengan. Dalam dunia memedi, tempat-tempat merupakan taman tempat nongkrong dari mahluk astral sejenis memedi,” pungkas spiritual yang juga pensiunan guru itu. (sak/tio)