Daerah  

Mengikuti Jejak Sukses Dewa Gede Meranggi Darmawijaya (1)

________________________________________________________________________________

*Bercita-cita Jadi PNS, Malah Dipercaya jadi Auditor Bank Modern


Liku hidup seseorang memang unik, dan tidak pernah ada yang sama. Cita-cita menjadi guru atau PNS lainnya sudah lumrah, namun hasil akhirnya malah bekerja di sektor yang lain.

Liku unik ini dialami I Dewa Gde Meranggi Darmawijaya. Pria yang lahir dari perkawinan sepasang kekasih petani di desa, ( I Dewa Nyoman Muka dan Desak Ayu Putu Lempung Red ), tepatnya di Dusun Selatnyuhan, Desa Pengiangan, Kecamatan Susut, Bangli pada 17 Desember 1967 silam, ini juga memiliki cita-cita sama dengan kebanyakan orang.

Sejak usia anak-anak, pria kalem yang lahir pada Redite Pon Wuku Tambir dengan Dewa Gede Astawa, bercita-cita menjadi seorang guru. Namun keberaniannya mengubah nama saat masuk sekolah dasar (SD 5 Sulahan) menjadi I Dewa Gde Meranggi, ternyata membawa pengaruh gemilang dalam kariernya.

De Meranggi, begitu pria berkumis tipis ini disapa. Anak kedua dari tiga bersaudara ini memiliki cerita unik di balik pergantian nama tersebut. Enam tahun setelah tamat SD 5 Sulahan (1980), nama Meranggi ditambah Darmawijaya oleh orang tuanya, yang saat itu berharap bisa menjadi seorang guru.

Tapi karena nilai jelek, De Meranggi lantas melanjutkan ke SMP Santi Yasa Petak Gianyar, sebuah sekolah swasta yang baru berdiri dan menjadi siswa angkatan pertama disana.

“Saat SD nilai sekolah saya jelek, makanya Ajik menyekolahkan di sekolah swasta,” terang Dewa Gde Meranggi, menceritakan kisah pahitnya kepada redaksi balifactualnews.com, Jumat (29/3/2019) sore tadi.

Sama dengan sekolah SD, di SMP juga nggak jauh beda, suasana bermain lebih diingat dibandingkan belajar, berjalan biasa-biasa saja sekedar ikut arus, namun akhirnya ijazah SMP dapat juga tahun 1983.


BACA : Mengikuti Jejak Sukses I Dewa Gede Meranggi Darmawijaya (2)


Setamat SMP De Meranggi kecil pernah bercita-cita menjadi guru SD, tetapi karena postur tubuh pendek dan kecil akhirnya niat jadi guru (masuk SPG) dibatalkan. Dia memilih memilih ke sekolah umum. Lagi lagi karena nilai raportnya tak memenuhi syarat dia akhirnya melanjutkan sekolahnya di SMA TP 45 Bangli.

“Awal awal sekolah di SMA, saya masih terbawa cara dan model belajar di sekolah sebelumnya, sekedar lewat. Namun dua tahun terakhir saya tidak tahu apakah karena saya serius belajar atau karena teman-teman lainnya yang tidak maksimal, akhirnya prestasi saya lumayan baik, ranking pertama (di kelas),” kenangnya .

De Meranggi muda (1986) mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru di Universitas Negeri di Bali dan diterima pada program D1 Kesehatan Lingkungan, kampusnya di wilayah Sidakarya, SPPH (Sekolah Pembantu Penilik Higiene) Denpasar. Lulus tahun 1987, harapnya langsung jadi PNS (pegawai bidang kesehatan lingkungan). Namun karena takdir berkata lain, lulus dari SPPH tidak serta merta mengantarkannya menjadi pegawai negeri.

Ditengah kegalauannya itu, De Meranggi berusaha mencari celah dalam merajut masa depannya. SPPH sudah ditangan, tapi akhirnya nganggur. Melepas kegalauannya itu dia lantas mengikuti seleksi calon Bintara. Hasilnya juga sama dan gugur saat mengikuti tes akhir.

Akhirnya pada tahun 1988 De Meranggi banting jurusan mengulang kembali kuliah, waktu itu memilih jurusan Ekonomi (akuntansi) di Universitas Warmadewa (Unwas) Denpasar. Singkat cerita, kuliah S1 di Unwar diselesaikan dalam waktu yang cukup lama (5 tahun, lulus 1993).

Kuliah lama bukan karena nilai dibawah standar, tetapi karena lebih “asyik bermain” dengan organisasi. Selain nilai akademis yang memuaskan, semasa kuliah aktif berorganisasi dari tingkat Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Senat Mahasiswa dan terakhir menjabat ketua Komisi I pada Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) sehingga mengantarkan saya mendapat penghargaan dari Yayasan Supersemar sebagai mahasiswa berprestasi ke III waktu itu

“Setahun menjelang tamat, sambil menulis skripsi, saya isi dengan magang bekerja pada Koperasi Jasa Audit Kertayasa Denpasar, tidak menyangka dengan pengalaman magang ini yang kemudian mengantarkan saya dapat diterima menjadi pegawai pada Bank Modern cabang Denpasar pada 25 April 1994 sebagai staf audit,” ucapnya bangga. (tio)