Utama  

Nyepi, Warga Tenganan Tetap Beraktivitas

banner 120x600

KARANGASEM—Desa Tenganan  (Tenganan Pegringsingan dan Tenganan Dauh Tukad), Kecamatan Manggis, Karangasem, memang unik. Selain memiliki beragam tradisi  budaya adiluhung, desa yang masyarakatnya tidak memiliki kelas ningrat itu, juga memiliki tradisi keagamaan yang tidak ada duanya di Bali.

Perayaan Nyepi misalnya. Bila krama Hindu di Bali merayakan Nyepi secara bersamaan pada Kamis (7/3/2019) namun, Desa Tenganan tidak merayakan perayaan tahun baru saka itu Kamis (7/3/2019), karena sudah melaksanakan ritual serupa sebelumnya.
“Kami tidak pernah melaksanakan prosesi Nyepi tahun saka, termasuk perayaan Nyepi besok. Kami hanya merayakan Nyepi Adat, yang sudah dilaksanakan Januari lalu,” terang Perbekel Desa Tenganan I Ketut Yudiana Krenteng, Rabu (6/3/2019).

Dikatakan, Desa Tenganan Pegringsingan, penghuninya adalah orang-orang Bali Aga. Artinya peradaban orang-orang disana sudah ada sebelum zaman Hindu. Ini juga yang menjadi pembeda perayaan Nyepi di Tenganan Pegringsingan dengan perayaan Nyepi yang dilaksanakan masyarakat Hindu Bali pada umumnya..

Warga Desa Adat Tenganan menjalani ritual Nyepi setiap 15 hari sekali atau biasa disebut dengan istilah “apisan sasih kasa” sebagaimana sistem penanggalan masyarakat desa “pakraman” itu.

Pantangan selama Nyepi pun berbeda dengan umat Hindu pada umumnya, seperti tidak boleh menyalakan api (amati geni),  tidak boleh bekerja (amati karya), tidak boleh bepergian (amati lelungan), dan tidak boleh mencari hiburan (amati lelanguan).

“Kalau di Desa Adat Tenganan, selama satu hari tukang kayu tidak boleh memahat. Ada juga juru gamelan tidak boleh memukul gamelan yang terbuat dari besi dan perunggu. Tapi kalau gamelan dari bahan lain, tetap diperbolehkan. Begitu juga menyalakan lampu, tidak ada larangan,” jelas pria yang juga penghoby photography itu

Meskipun demikian, warga Desa Adat Tenganan tetap menghormati umat Hindu lainnya yang menjalankan ritual Nyepi. “Warga kami tetap menjalankan aktivitas seperti biasa,  namun mereka tidak melakukan perjalanan ke luar lingkungan Tenganan Pegringsingan,” pungkasnya. (ria)