Badung  

Gelar Pelatihan ETD, Bandara Ngurah Rai Gandeng Pemerintah Australia

banner 120x600

BADUNG – PT. Angkasa Pura I (Persero) Ngurah Rai selaku pengelola bandar udara menggandeng pemerintah Australia dalam pelatihan untuk Explosive Trace Detection (ETD) dan Advanced Technology Implementation. Pelatihan bagi para personel aviation security ini digelar di hotel Harrys, Senin (18/3/2019) di Tuban.

“Kita rutin dan berkesinambungan menjalankan program peningkatan kapasitas bagi para personel aviation security, baik itu secara internal, maupun dengan bekerja sama dengan instansi eksternal yang selama ini telah terjalin dengan baik,” ujar I Made Sudiarta, Airport Security Department Head PT. Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Ngurah Rai.

Pelatihan tersebut, lanjut dia ini merupakan salah satu wujud kerja sama yang telah berjalan secara berkelanjutan, yang terlaksana melalui kerja sama Pemerintah Australia dengan PT. Angkasa Pura I (Persero) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara selama sepuluh tahun terakhir. “Materi yang diangkat dalam pelatihan ini bersifat cukup esensial dalam keamanan penerbangan. Bahan peledak atau explosive, merupakan salah satu barang berbahaya yang secara sangat ketat diatur dalam peraturan penerbangan,” lanjut Sudiarta.

Pendeteksian bahan peledak sejak dini di bandar udara merupakan salah satu prosedur keamanan yang mutlak dilakukan dalam rangkaian pemeriksaan keamanan. Dalam pelatihan ini, turut disampaikan pula materi mengenai penggunaan teknologi tingkat lanjut atau advanced technology implementation dalam prosedur keamanan bandar udara.

Kombinasi kedua materi pelatihan ini ditujukan untuk dapat menjadi pengetahuan baru bagi personel keamanan bandar udara untuk dapat semakin meningkatkan pelayanan, serta pada akhirnya, dapat memastikan kondisi keamanan bandar udara dan keamanan penerbangan.

“Pada kegiatan ini kita akan banyak membahas implementasi teknologi maju. Kita harus menyambut teknologi baru tersebut, khususnya body scanner dan mesin ETD, karena ancaman di luar sana yang sifatnya baru,” timpal Adam Morton, First Secretary (Transport) dari Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia di Jakarta.

Kata dia, hingga saat ini, sudah banyak bandar udara di dunia yang meningkatkan standar keamanan dengan pengimplementasian explosive trace detection checking. Di Australia sendiri, Bandar Udara Newcastle di Negara Bagian New South Wales, Bandar Udara Internasional Melbourne, dan Bandar Udara Hobart di Tasmania telah menerapkan prosedur keamanan ini dengan sistem random checking terhadap penumpang yang hendak bepergian melalui pesawat udara.

Di Amerika Serikat, petugas aviation security berhasil mencegah seorang penumpang yang kedapatan membawa bahan peledak untuk masuk ke dalam terminal bandar udara. Lanjutnya di Bandar Udara Internasional Yuma di Negara Bagian Arizona, bahan peledak jenis C4 atau bom plastik yang disembunyikan dalam kaleng tembakau oleh seorang penumpang pada tahun 2011 silam, berhasil terdeteksi melalui ETD checking.

“Selain penggunaan teknologi, kualitas sumber daya manusia juga sangat berperan. Untuk itu, saya berharap akan ada banyak interaksi di kegiatan ini,” tutup Adam Morton.
Pelatihan yang akan dilaksanakan hingga tanggal 27 Maret 2019 tersebut diikuti oleh 44 peserta, di mana bandar udara tuan rumah mengirim 30 personel. Sebanyak 12 peserta sisanya merupakan utusan dari 7 bandar udara di lingkup PT. Angkasa Pura I (Persero), serta 2 peserta dari Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IV. (ibu/tio)