Habiskan Biaya Rp 1,6 Miliar, Desa Adat Sebudi Bangun Pura Swagina Secara Swadaya

habiskan-biaya-rp-16-miliar-desa-adat-sebudi-bangun-pura-swagina-secara-swadaya
Prosesi  melaspas, pemarisuda dan ngresigana di Pura Swagina, Desa Adat Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Kamis  (17/10/2024)

KARANGASEM, Balifactualnews.com – Rusak sejak puluhan tahun silam akibat erupsi Gunung Agung tahun 1963, warga Desa Adat Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem akhirnya berhasil membangun kembali Pura tempat berstananya Ida Ratu Bagus Bebotoh dan Ida Ayu Mas Melanting  secara swadya. Pembangunan Pura  yang kini dinamai Pura Swagina tersebut  menghabiskan biaya sebesar Rp 1,6 miliar

Jero Mangku Tirta, tokoh sekaligus Ketua Panitia Pembangunan Pura,yang kini dinamai sebagai Pura Swagina, mengatakan, jauh sebelum erupsi Gunung Agung tahun 1963, di Desa Sebudi ada dua buah Pura,  yaitu pura tempat berstana Ida Ratu Bagus Bebotoh disisi selatan Desa dan Pura tempat berstana Ida Ayu Mas Melanting di sebelah utara. 

Saat terjadinya erupsi Gunung Agung, bangunan kedua Pura tersebut rusak dan hancur, selama bertahun – tahun warga belum bisa membangun Pura tersebut sampai akhirnya pada 9 Juni tahun 2021, dimulai peletakan batu pertama pembangunan Pura tersebut dengan biaya secara swadaya. 

“Kami sangat bersyukur,  karena hari ini  kami bisa melaksanakan upacara melaspas, pemarisuda dan ngresigana yang dilanjutkan dengan ngelinggihang Ida Bhatara dari lokasi semula yang telah rusak ke Pura yang baru. Hari ini merupakan upacara pengukuhan pertama kali pasca erupsi tahun 1963, Pura ini juga mendapat nama yang baru yaitu Pura Swagina,” kata Mangku Tirta disela – sela upacara, Kamis (17/10/2024).

Sesuai namanya, Pura Swagina ini erat kaitannya dengan sebagai tempat pemujaan sebagai rasa syukur dan pengharapan atas berkah dari penghidupan yang diperoleh serta kelancaran pekerjaan hingga kemakmuran. 

Piodalan di Pura tersebut juga diawali pada sasih kasa tepat sebelum para petani mulai menanam padi di sawah dan berkebun. Pada sasih tersebut dilaksanakan upacara Pecaruan Pangendag memakai korban suci berupa Banteng Hitam yang bertujuan sebagai sarana menetralisir energi negatif agar saat petani mulai menanam bisa tumbuh subur dan memperoleh hasil panen berlimpah.

“Nah berselang 3 bulan, para petani memasuki musim panen, baru kemudian tepatnya saat Purnama sasih Kapat dilaksanakan upacara Usaba Nini sebagai wujud rasa syukur atas berkah dan panen yang berlimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ujar Mangku Tirta. 

Sekadar diketahui, total dana pembangunan Pura Swagina yang berdiri diatas lahan seluas 10 are tersebut menghabiskan anggaran sekitar Rp 1,6 Miliar. Bangunan pelinggih hingga tembok, candi dan Kori agung terbuat dari batu hitam Karangasem. Pembiayaan bangunan Pura Swagina tersebut bersumber dari pihak ketiga, sumbangan dari pengusaha, sumbangan warga dan lainnya. 

“Tidak ada urunan yang dipungut dari warga untuk pembangunan  Pura ini.  Memang ada kekurangan pembiayaan lagi Rp 700 juta, tapi sebagai Ketua Panitia Pembangunan, kekurangan  itu sudah saya talangi,” pungkas Jro Mangku Tirta.  (tio/bfn)

Exit mobile version