KARANGASEM, Balifactualnews.com – Pagi di rumah sederhana keluarga I Nengah Sujana (53) di Banjar Dinas Tengah, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, selalu dimulai dengan rutinitas yang berat. Saat sebagian ibu sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga, Ni Putu Dodik Arseni (37) harus lebih dulu memandikan dan menyuapi suaminya yang terbaring lemah akibat sakit saraf kejepit.
Sudah setahun terakhir Sujana lumpuh. Kedua tangan dan kakinya kehilangan tenaga, membuatnya tak lagi mampu beraktivitas. Ia yang dahulu menjadi tulang punggung keluarga, kini hanya bisa pasrah di atas ranjang. “Awalnya cuma tangan dan kaki kanan yang lemas, tapi sekarang semua tidak bisa digerakkan,” katanya lirih.
Baca Juga : Banjir Susulan di Dusun Tengading, Warga Kembali Mengungsi
Bagi Arseni, sakit sang suami menjadi ujian terberat dalam hidupnya. Selain merawat, ia harus menjadi pencari nafkah tunggal bagi keluarga dengan empat anak. Anak bungsu baru berusia tiga tahun, sementara anak sulung baru tamat SMK dan belum bekerja.
Untuk bertahan hidup, Arseni membuka usaha laundry kecil-kecilan di depan rumah. Di sela-sela waktunya, ia juga membuat canang untuk dijual. Namun hasilnya jauh dari cukup. “Omzet laundry sepi, apalagi banyak pesaing. Hasil canang pun sedikit. Tapi bagaimana lagi, harus tetap dijalani demi anak-anak,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Baca Juga : Gubernur Koster Serahkan Bantuan Rp 3,4 M untuk Korban Banjir, Warga harus Tetap Sehat dan Kuat
Meski tinggal di Karangasem sejak 2015, keluarga ini belum pernah tersentuh bantuan pemerintah. Kondisi mereka baru mendapat perhatian setelah Nyonya Wakil Bupati Karangasem, Anggreni Pandu Lagosa, bersama Owner Villa Loid’s, Ni Wayan Suparmi, datang mengunjungi rumah mereka, Jumat (19/9/2025). Dalam kesempatan itu, mereka menyerahkan kursi roda dan paket sembako.
Anggreni menilai, kasus seperti ini menjadi pengingat pentingnya peran perangkat desa dalam pendataan warga miskin. “Seharusnya keluarga seperti ini segera terdeteksi. Mungkin dulu mereka masih mampu, tetapi sekarang jelas sangat membutuhkan bantuan,” tegasnya.
Baca Juga : Lansia Berdaya, 64 Siswa Sekolah Lansia di Buleleng Diwisuda
Ia menambahkan, kendala teknis dalam sistem pendataan sering membuat warga miskin luput dari bantuan. Karena itu, ia mendorong dinas terkait untuk segera mencari solusi.
Bagi Arseni, bantuan kursi roda dan sembako yang diterima memang sangat berarti. Namun lebih dari itu, ia berharap ada perhatian berkelanjutan, sehingga ia tidak harus sendirian menanggung beban merawat suami sekaligus menghidupi anak-anaknya. “Yang penting, anak-anak bisa tetap sekolah, dan suami ada pengobatan. Itu saja harapan kami,” tuturnya pelan. (tio/bfn)