Badung  

Rawat Bumi, Puluhan Komunitas Kompak Tanam Mangrove di Tuban

banner 120x600
________________________________________________________________________________

BADUNG – Ribuan orang dari puluhan komunitas pecinta lingkungan, kompak melaksanakan aksi penghijauan di area hutan mangrove Tuban, Minggu (21/4/2019). Total terdapat 1500 bibit mangrove ditanam pada area hutan gundul tersebut, serangkaian kegiatan bertajuk Rawat Bumi itu.

Adapun sejumlah komunitas yang ikut dalam aksi pro lingkungan itu yakni Maritim Muda Provinsi Bali, Study Club Himasila, Himaspera Unud, SMAN 1 Kuta Selatan, Sispala Adi Wira, Paskibra Kilat, SMPK dan SMA Soverdi, Kasih Ibu Hospital, Alfa Prima Denpasar, SMKN 2 Denpasar, Sispala Duta Bhuana, SMAN 2 Kuta, Bali Without Plastic, Young Volunteer, PKK Lingkungan Teba Jimbaran, Young On Top, STT Pertiwi Santi Tuban, STT Bhuana Kusuma Tuban, UKM Black Arnoldi, Tuban Maximum Rider, Sobat Bumi, Karya Salemba Empat, serta sejumlah komunitas scooterist Bali.

“Ada banyak pihak yang memberikan dukungan untuk terselenggaranya kegiatan ini. Mulai dari perusahaan coklat yang bernama Krakakoa, Pertamina, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kampoeng Kepiting, dan kami selaku Kelompok Nelayan Wanasari Tuban,” ungkap Ketua Kelompok Nelayan Wanasari Tuban, Made Sumasa didampingi sekretarisnya yakni Agus Diana.

Kegiatan tersebut, kata dia, sesungguhnya adalah bagian dari agenda nasional yang dilaksanakan pada sejumlah lokasi di wilayah Indonesia. Utamanya dalam rangka menyambut Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2019.

“Kalau di Bali sendiri, kegiatan semacam ini dilaksanakan pada dua tempat. Yakni di Tuban ini dan di Batur,” sambungnya.

Aksi penghijauan hutan mangrove semacam itu sesungguhnya sudah sangat sering dilaksanakan oleh Kelompok Nelayan Wanasari Tuban. Termasuk melalui kolaborasi dengan berbagai pihak ataupun komunitas pecinta lingkungan lainnya. Namun demikian, kegiatan penanaman kali ini disebut sebagai terbesar yang pernah dilaksanakan oleh pihaknya. Yakni menanam ribuan bibit mangrove dengan melibatkan ribuan orang.

“Kami harap kegiatan yang besar ini mampu memberikan gaung yang besar. Dengan demikian, bisa lebih banyak lagi masyarakat yang tergerak untuk ikut berupaya menjaga kelestarian lingkungan khususnya hutan mangrove,” ucapnya.

Dari tujuh tahun belakangan, dikabarkan dia, Nelayan Wanasari bersama berbagai pihak lain telah menanam lebih dari 27000 bibit mangrove pada area hutan gundul sekitaran Jalan Tol Bali Mandara. Namun sayang, oleh berbagai faktor ancaman yang ada, kemungkinan hidupnya hanyalah 20 persen.

“Menyadari berbagai ancaman itu, kami pantang untuk menyerah. Ketika ada yang mati, langsung kami sulam dengan bibit-bibit baru,” sebutnya sembari menyebut sejumlah ancaman yang ada. Termasuk di antaranya sampah plastik, walau diakui saat ini jumlah temuannya mengalami penurunan signifikan. Utamanya sejak kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Badung.

“Kami harap pemerintah bisa terus memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan semacam ini. Dan perlu juga diketahui, sejak 7 tahun silam, itu ada sekitar 10 hektar yang jadi target penanaman kami. Dan kami rasa, hasilnya akan bisa terlihat pada tahun ke-10 nanti,” pungkasnya. (ida/tio)