KARANGASEM, Bali Factual News-Kabupaten Karangasem kaya akan tradisi unik yang tersebar di masing-masing desa adat. Selain tradisi Gebug Ende di Desa Adat Seraya dan Perang Pandan (Mekare Kare) di Desa Tenganan, juga ada tradisi Siat Api di Desa Adat Duda. Apa maknanya?
Wraspati Kliwon Wuku Kaulu, Kamis (8/2/2024) Desa Adat Duda, Kecamatan Selat, kembali menggelar tradisi tahunan yang dilaksanakan menjelang sasih Kesanga. Tradisi yang diberi nama Siat Api itu disimbolkan untuk menetralisir kekuatan negatif.
“Tradisi Siat Api juga bermakna membersihkan makrokosmos dan mengembalikan unsur alam yang ada di lingkungan Desa Adat Duda sehingga tercipta keseimbangan menjelang upacara Usaba Dalem pada Sasih Kesanga nanti,” Kata Bendesa Adat Duda I Komang Sujana, ditemui di sela-sela pelaksanaan tradisi Siat Api di Tukad Sangsang (perbatasan Desa Duda dengan Desa Duda Timur), kamis petang lalu.
Menyemarakkan pelaksanaan tradisi tahunan itu, Desa Adat Duda juga menampilkan fragmen tari Hyang Mbah Gni (simbol lahar Gunung Agung). Fragmen tari ini untuk mereview keganasan letusan lahar Gunung Agung tahun 1963 silam.
Pementasan fragmen tari disambut puluhan pecalang berbusana adat poleng dibagi menjadi dua kelompok , lengkap dengan prakpak (daun kelapa yang sudah kering, Red). Usai pementasan fragmen tari Hyang Mbah Gni (menjelang sandyakala), prakpak yang dibawa puluhan pecalang itu langsung disulut dan dipakai senjata untuk “berperang”.
Dua kelompok pecalang itu saling lempar dan saling pukul dengan prakpak yang masih ada bara apinya. Kendati mereka kena pukulan namun tak satu pun pecalang yang terlibat dalam tradisi itu terluka.
“Kami berharap dengan dilaksanakan tradisi ini masyarakat Desa Adat Duda terhindar dari mara bahaya. Siat Api juga sebagai simbol mengendalikan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia,” jelas Komang Sujana.
Sekadar diketahui, Siat Api Desa Adat Duda sejatinya sudah ada sejak zaman dahulu. Tradisi ini lama sempat ditiadakan tahun 1963 karena Hyang Giri Toh Langkir (sebutan lain Gunung Agung) eropsi. Tahun 2017 tradisi ini kembali dibangkitkan dan rutin dilaksanakan setiap tahun hingga sekarang. (tio/bfn)