KARANGASEM, Balifactualnews.com – Usaba Dalem atau yang dikenal dengan usaba kelod di Desa Adat Bugbug merupakan upacara yang tergolong unik, karena upacara ini dilaksanakan untuk dandanan (saudara kandung) laki laki beserta istri yang sudah di upacarai Ngaben atau di kremasi,
Penyarikan Gede Desa Adat Bugbug, I Wayan Merta, S.PD, M.Pd menjelaskan, pada iintinya Usaba Kelod merupakan rangkaian proses penyucian atma (roh) manusia yang telah meninggal, Usaba Kelod merupakan tradisi yang identik dengan upacara Atma Wedana (ngeroras), pada tingkatan setelah dilaksanakan upacara Pitra Yadnya (ngaben).
Baca Juga : Wisatawan ‘Ngendah’ Gubernur Koster Siapkan Sangsi Keras dan Tegas
Merta melanjutkan, keunikan upacara ini terletak pada kebersamaan semua saudara laki-laki dalam satu keluarga apabila telah meninggal dunia dan juga telah dilakukan upacara Ngaben dari yang bersangkutan, baru boleh diupacarai pada Usaba ini.
“Artinya apabila ada salah satu saudara ataupun istrinya belum meninggal bahkan belum diupacarai Ngaben, maka atma yang bersangkutan belum boleh diikutkan atau belum boleh diupacarai pada Usaba Dalem atau Usaba Kelod ini,” terang Merta pada Selasa(25/3/2025).
Usaba Dalem atau Usaba Kelod ini dilaksanakan setiap tahun, berdasarkan perhitungan Desa Adat, yakni Sasih Kesanga, sekitar bulan Maret. upacara Usaba Kelod ini di pusatkan di Pura Dalem Desa setempat. Dalam pelaksanaan usaba kelod ini diawali dengan upacara Ngendekan pemangku, upacara miut, upacara ngulapin, upacara mamios, upacara ngunyain dan puncaknya pada upacara Usaba Kelod.
Baca Juga : Badai Siklon Tropis Mengamuk di Karangasem, Munculkan Kerugian Setengah Miliar Rupiah
“Sekah-Sekah atau simbol dari atma yang akan diupacarai dibawa ke rumah masing-masing kemudian ditempatkan di bale dangin, bale gede, boleh juga di bale sake nem atau tempat khusus yang dibuatkan (jika tidak memiliki bale dangin), selanjutnya sekah sekah tersebut dilinggihkan atau ditempatkan di balai banjar, untuk selanjutnya masyarakat setempat melakukan puja kidung,” lanjutnya.
Sementara untuk prosesi mamios, Merta menjelaskan bahwa, mamios merupakan persembahan berupa sesajen saka sidan(seberapa mampunya) kepada leluhur melalui perwujudan sekah.
“Persembahan dalam mamios tersebut sebagai ungkapan rasa bhakti kepada leluhur yang melinggih (berstana) di simbol sekah. Banten mamios ini banten sederhana terdiri dari sodaan berisi pisang, jaja uli, jaja gina, dodol, tepe, buah-buahan, dan ayam panggang disusun di atas bokor. Memios juga disimbulkan sebagai ungkapan rasa hormat dan rasa terimakasih kepada leluhur,” imbuh Merta.
Saat prosesi upacara akan menuju ke Pura Dalem, setiap krama melakukan upacara Usaba Kelod ini wajib membawa seekor godel (anak sapi) sebagai simbol kendaraan sang atma menuju alam sunya atau alam Dewa Hyang.
“Upacara Mapurwa Daksina, sebagai simbol kendaraan sang pitara menuju alam para Dewa untuk menyatu dengan brahman,” pungkas Merta yang juga tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Amlapura. (ger/bfn)